Tantangan di Sepanjang Rantai Pasok Global
Brasil tetap menjadi pemain kunci dalam drama kopi global. Menurut Conab, badan pasokan pangan nasional Brasil, negara ini menyumbang 38% dari total produksi kopi dunia. Namun, prakiraan produksi untuk tahun 2025 menunjukkan penurunan 4,4% menjadi 51,8 juta karung.
Penurunan ini tak lepas dari kondisi cuaca yang sangat merugikan, termasuk kekeringan parah dan keterlambatan curah hujan di wilayah penanaman arabika. Meski hasil panen robusta di Brasil diperkirakan naik 17% berkat cuaca yang lebih baik di area tersebut, gambaran pasokan kopi secara keseluruhan tetap ketat.
Selain faktor cuaca, aktivitas spekulatif di pasar berjangka kopi juga memperkeruh keadaan. Kontrak arabika di ICE Futures US New York mencapai rekor tertinggi pada awal tahun 2025, sebuah lonjakan tajam dari tahun sebelumnya, menambah lapisan ketidakpastian bagi para pelaku industri.
Implikasi Jangka Panjang Perubahan Iklim bagi Industri Kopi
Di balik kekhawatiran jangka pendek soal pasokan dan harga, perubahan lingkungan yang lebih luas mengisyaratkan pergeseran yang jauh lebih dalam di masa depan.
Peningkatan suhu global dan pola curah hujan yang tidak menentu, seperti yang dilaporkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), mengancam penurunan hasil panen kopi. Lebih jauh lagi, kondisi ini berpotensi mengurangi secara signifikan luas lahan yang cocok untuk budidaya kopi pada tahun 2050.
Sebuah kompilasi dari 148 studi secara tegas menggarisbawahi kerentanan yang terus meningkat pada wilayah penghasil kopi di Amerika Latin, Afrika, dan Asia terhadap dampak perubahan iklim. Temuan ini menyoroti kebutuhan mendesak akan penelitian yang lebih mendalam dan strategi adaptasi yang inovatif.
Saat industri bergulat dengan berbagai tantangan ini, fokus pada keberlanjutan dan pelestarian seluruh rantai pasokan kopi menjadi semakin krusial. Para pemimpin pasar, seperti yang ditunjukkan oleh BIGGBY COFFEE, mengadopsi pendekatan berwawasan ke depan bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk tumbuh di tengah ketidakpastian.
Seperti yang diungkapkan Bob Fish dengan penuh wawasan, sejarah harga kopi mencatat lonjakan dramatis serupa di masa lalu, yang memberikan perspektif penting pada tren saat ini.
"Apakah mungkin kopi mentah bisa mencapai AS$10 per pon?" tanyanya retoris. "Ya, itu pernah terjadi sebelumnya." Ia mengingatkan kembali momen di tahun 1977 ketika "Embun beku memporakporandakan produksi kopi di Brasil." Akibatnya, "Saat itu, harga kopi mentah memuncak pada AS$10,67 (disesuaikan inflasi). Jadi, ya, itu memang mungkin terjadi."
Sejarah ini menjadi pengingat bahwa volatilitas adalah bagian tak terpisahkan dari pasar kopi, namun tantangan perubahan iklim menghadirkan dimensi baru yang memerlukan perhatian serius dan solusi jangka panjang.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR