Nationalgeographic.co.id—Bayangkan berjalan menyusuri pantai dan menemukan jejak kaki makhluk raksasa dari masa lalu—begitulah kira-kira yang terjadi di Pulau Skye, Skotlandia. Jejak-jejak yang tersembunyi selama jutaan tahun itu, kini membuka jendela baru untuk memahami kehidupan dinosaurus pada masa Jurassic Tengah, ketika dunia sangat berbeda dari sekarang.
Penemuan terbaru mengungkap setidaknya 131 jejak kaki dinosaurus yang diperkirakan berasal dari 170 hingga 166 juta tahun yang lalu. Temuan ini menunjukkan bahwa dinosaurus berleher panjang seperti sauropoda dan predator berkaki dua seperti theropoda pernah berjalan melintasi perairan dangkal sebuah laguna yang hangat dan subtropis pada masa itu. Jejak-jejak tersebut tertinggal di atas pasir yang lunak, menjadi bukti nyata keberadaan mereka di era purba.
Kajian Tone Blakesley dan timnya itu berjudul “A new Middle Jurassic lagoon margin assemblage of theropod and sauropod dinosaur trackways from the Isle of Skye, Scotland” yang terbit di jurnal PLOS One pada 2 April. Temuan mereka menunjukkan bahwa dua kelompok dinosaurus utama pernah berjalan santai di wilayah yang kini dikenal sebagai Prince Charles’s Point di Semenanjung Trotternish, Pulau Skye.
Jejak kaki berjari tiga menunjukkan keberadaan theropoda, dinosaurus karnivora berkaki dua, yang kemungkinan termasuk dalam spesies megalosaurus, merujuk pada temuan fosil sebelumnya dari area tersebut. Sementara itu, kelompok jejak kaki lainnya yang berukuran besar dan berbentuk bundar kemungkinan besar berasal dari sauropoda.
Analisis terhadap pola dan jarak antar jejak mengindikasikan bahwa para dinosaurus tersebut berjalan dengan kecepatan santai, tanpa arah yang seragam. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak sedang dalam pelarian atau menuju suatu tujuan, melainkan hanya berkeliaran dengan tenang di sekitar wilayah tersebut.
Fosil dinosaurus dari era Jurassic Tengah—sekitar 175 hingga 161 juta tahun lalu—tergolong jarang ditemukan. Periode ini merupakan masa yang penuh gejolak dari sisi lingkungan, ditandai oleh aktivitas tektonik dan vulkanik akibat terpecahnya superbenua Pangaea, terbentuknya Samudra Atlantik Tengah, peningkatan kadar karbon dioksida, suhu global yang tinggi, serta naiknya permukaan laut yang menenggelamkan banyak daratan.
Kondisi-kondisi tersebut membuat pelestarian fosil menjadi sangat sulit. Namun, fosil-fosil yang berhasil bertahan dari masa ini memberi informasi penting bahwa Jurassic Tengah merupakan masa penting dalam diversifikasi dinosaurus.
Pada periode ini, berbagai kelompok utama dinosaurus mulai berkembang, seperti sauropoda besar termasuk cetiosaurus dan brachiosaurus, theropoda bergigi tajam seperti megalosaurus, dan ornitopoda awal—yang kemudian mendominasi pada zaman Kapur.
Pulau Skye, yang dahulu merupakan wilayah laut dangkal dan laguna air tawar di tepian selatan Pangaea, menyimpan banyak jejak kehidupan dari Jurassic Tengah. Wilayah ini menjadi salah satu dari sedikit tempat di dunia yang menyimpan bukti fosil melimpah dari periode tersebut. Sedimen dasar yang lunak di laguna dan laut dangkal memungkinkan fosil-fosil tersebut terawetkan dengan baik.
Sebelumnya, data fosil menunjukkan bahwa sauropoda merupakan penghuni dominan kawasan ini. Namun, temuan terbaru yang memperlihatkan banyaknya jejak theropoda mengungkap bahwa lingkungan di Pulau Skye pada masa itu jauh lebih beragam secara ekologis dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.
Baca Juga: Bagaimana Asteroid Pembunuh Dinosaurus Membentuk Kawah Chicxulub?
Penemuan jejak kaki dinosaurus di Pulau Skye bukan hanya menambah daftar panjang bukti evolusi kehidupan purba, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang dinamika ekosistem jutaan tahun yang lalu. Di tengah kondisi lingkungan yang tidak stabil, para dinosaurus ini tetap bertahan, beradaptasi, dan meninggalkan jejak yang kini menjadi petunjuk berharga bagi ilmu pengetahuan modern.
Temuan ini tidak hanya penting bagi dunia paleontologi, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan situs-situs fosil yang menjadi saksi bisu sejarah kehidupan di Bumi.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | PLOS ONE,Science News |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR