Teori lain berpendapat bahwa seiring waktu, anjing dan manusia saling memengaruhi emosi, memperkuat perilaku masing-masing, atau belajar melalui pengamatan dan peniruan satu sama lain.
“Hubungan ini mirip dengan cara kita memilih pasangan,” kata Yana Bender, pemimpin studi sekaligus peneliti doktoral di DogStudies Research Group, Max Planck Institute of Geoanthropology, Jerman.
Menurutnya, anjing dan pemiliknya memiliki “hubungan yang sangat dekat... setara dengan banyak hubungan antar manusia.”
Kedekatan yang Dalam
Penulis ulasan yang dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences mencatat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, termasuk jumlah anjing dan pemilik yang relatif sedikit.
Selain itu, sebagian besar pemilik yang menjadi sukarelawan dalam studi memiliki anjing ras murni, padahal anjing ras campuran jauh lebih umum di seluruh dunia. Karena itu, dibutuhkan lebih banyak data dari anjing ras campuran agar hasilnya lebih representatif.
Faktor lain yang memengaruhi adalah bias pemilik. Karena belum ada metode standar untuk menilai kepribadian anjing, para peneliti harus mengandalkan penilaian subyektif dari para pemilik—yang tentu saja sulit bersikap objektif terhadap hewan peliharaannya sendiri, sama seperti terhadap anggota keluarga manusia.
Untuk mengurangi bias ini, peneliti kini lebih sering mengajukan pertanyaan konkret tentang bagaimana perilaku anjing dalam situasi tertentu, bukan sekadar menanyakan apakah anjing mereka “anak baik”.
Pengaruh manusia terhadap kepribadian anjing tidak mengejutkan bagi Borbála Turcsán, peneliti perilaku anjing dari Fakultas Sains ELTE di Budapest, Hungaria.
Ia memperkirakan bahwa sekitar sepertiga kepribadian anjing dipengaruhi oleh faktor genetik, sementara dua pertiganya ditentukan oleh lingkungan—yang sebagian besar dibentuk oleh pemilik, terutama jika mereka sudah bersama sejak anjing masih kecil.
Selain itu, anjing secara alami cenderung mempercayai pemiliknya, berkat puluhan ribu tahun proses domestikasi yang membentuk ikatan mendalam antara manusia dan anjing.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR