Nationalgeographic.co.id - Pada 1 Januari 2019, Singapura telah memberlakukan “area bebas asap rokok” sepanjang tiga kilometer sepanjang jalan Orchard–salah satu distrik perbelanjaan tersibuk di Singapura. Ini terdengar kontroversial-–membatasi hak untuk merokok di ruang publik, sebagai salah satu cara untuk melawan polusi udara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun, merokok tidak benar-benar dilarang di sepanjang jalan Orchard, namun sebenarnya para perokok dikumpulkan di 40 titik area merokok, yang masing-masing terpisah 100-200 meter.
Polusi udara adalah masalah besar di banyak kota di dunia karena dianggap sebagai penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan. Penduduk kota sulit untuk menghindari dampak dari kualitas udara yang buruk. Anak-anak, lansia, serta orang-orang dengan riwayat gangguan kesehatan adalah kalangan yang paling rentan terpapar risiko dari polusi udara.
Polusi udara mempengaruhi produktivitas bisnis dan pendidikan secara langsung, karena menyebabkan karyawan-karyawan absen tidak bekerja karena penyakit. Hal ini dapat menghambat investasi dalam negeri dan juga pertumbuhan ekonomi. Jadi, wilayah kota menderita dampak yang besar akibat polusi udara, bahkan sebelum memperhitungkan biaya tambahan lain untuk kesehatan masyarakat.
Baca Juga : Ani Yudhoyono Idap Kanker Darah, Kenali Gejala dan Penyebabnya
Sudah jelas segala usaha untuk menemukan solusi harus dicoba. Namun area bebas asap rokok adalah sebuah upaya yang aneh, karena itu tidak sejalan dengan pola pertumbuhan perkotaan, yang membutuhkan pendekatan terintegrasi yang meliputi beragam sistem–dari transportasi, industri, hingga fasilitas kesehatan–untuk menghindari konsekuensi yang lebih buruk.
Akar permasalahan
Kota adalah pusat aktivitas ekonomi dan kreativitas, namun setiap kegiatan konsumsi dan transportasi juga ikut berkontribusi terhadap polusi lingkungan. Salah satu strategi mendasar dalam menghadapi polusi udara termasuk cara bagaimana mengurangi bahan polutan.
Zona bebas asap rokok secara bersamaan memindahkan sekaligus mengumpulkan para perokok ke dalam area-area kecil. Tingkatan polusi yang berasal dari area-area tersebut akan dipengaruhi oleh kondisi di sekitarnya, jadi idealnya kondisi lingkungan di sekitar area merokok dapat membantu asap menyebar dan menghilang. Sebagai contoh, kepadatan dan ketinggian gedung-gedung dapat mempengaruhi aliran angin yang bisa meniup jauh polusi. Jalan raya yang diapit oleh barisan bangunan berukuran sedang dan tinggi akan menghalangi penyebaran asap.
Struktur dari bangunan tinggi yang berbeda-beda menciptakan permukaan kasar, mendorong udara untuk bercampur dan meningkatkan kemungkinan polusi menyebar hingga hilang. Infrastruktur ramah lingkungan–yang menghubungkan sebuah daerah tertentu dengan alam–dapat juga menjadi penghalang di antara sumber polusi, jalanan, dan area merokok serta penduduk.
Namun tidak satu pun dari hal tersebut menjawab akar permasalahan yang ada. Hampir semua polusi udara disebabkan dari pemakaian bahan bakar rumah tangga dan industri yang digunakan untuk mesin penghangat dan pendingin, listrik, serta transportasi. Emisi transportasi jalanan adalah sumber utama dari polusi udara di kota, seperti mesin bensin dan diesel mengeluarkan zat oksidasi yang reaktif dari nitrogen (NOx) dan materi partikel mikroskopik (PM). Pemakaian rem serta ban, sama seperti debu jalanan, juga adalah sumber utama PM. Di bawah sinar matahari terang, N0x bereaksi dengan senyawa lainnya untuk membentuk ozone, sebuah polutan yang sangat beracun pada permukaan tanah.
Asap rokok dari perokok secara signifikan mempengaruhi kualitas udara pada area yang padat pejalan kaki, namun zat ini hanyalah satu diantara banyak komponen polutan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan kebijakan dilarang merokok dimulai di area yang terdampak polusi asap rokok. Paparan pada partikel kecil dalam asap rokok dari perokok aktif dalam jangka panjang dapat mengakibatkan terhisapnya bahan kimia penyebab kanker dari tembakau, termasuk nitrosamin.
Bagi Singapura, mengumpulkan perokok ke dalam 40 area tertentu dapat menyebabkan meningkatnya konsentrasi partikel kecil dalam asap rokok. Para pejabat kota akan sangat membutuhkan analisis mendetail terkait dampak pada kualitas udara di setiap daerah tersebut. Penelitian ini kemudian dapat menunjukkan adanya perubahan pada area dan desainnya, termasuk meningkatkan infrastruktur ramah lingkungan.
Mendesain ulang jalanan
Namun, pengadaan area bebas asap rokok tidak bisa menjadi satu-satunya cara yang dilakukan pemerintah Singapura dalam melawan polusi udara. Dibutuhkan pendekatan gabungan yang mengubah seluruh desain jalanan dalam kota, untuk mengurangi polusi dan memaksimalkan kualitas lingkungan sekitar, dengan menitikberatkan infrastruktur ramah lingkungan dan memisahkan masyarakat dari sumber polutan. Segala peraturan mengenai kualitas udara juga harus meningkatkan penggunaan transportasi publik yang ramah lingkungan, peralihan ke kendaraan bertenaga listrik.
Baca Juga : Banyak Berkeringat? Bukan Jenis Kelamin Penyebabnya, Peneliti Mencoba Menjawabnya
Permasalahan dari area bebas rokok di Singapura bukanlah dalam pelaksanaannya, tapi mengenai upayanya dalam meyakinkan publik bahwa ini adalah bagian dari pendekatan terintegrasi untuk meminimalisasi polusi di atmosfer. Bahaya dari kebijakan di Orchard Road adalah kebijakan ini bisa saja memperburuk masalah dan kondisi kesehatan masyarakat melalui terkonsentrasinya asap rokok.
Seluruh kota harus membuat solusi efektif demi menanggulangi polusi udara. Untuk kebanyakan kota, kebijakan kualitas udara yang bersifat memaksa menjadi sebuah masalah utama. Tantangan utama bagi kota-kota adalah bagaimana mereka menghindari kebijakan yang terpisah yang hanya dimaksudkan untuk menyelesaikan satu masalah saja. Poin utamanya adalah bagaimana mengembangkan suatu pendekatan terpadu atau holistik dan tentunya menantang secara politis untuk meningkatkan kualitas hidup di kota.
Reza Pahlevi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris
John Bryson, Professor of Enterprise and Competitiveness, University of Birmingham
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR