Nationalgeographic.co.id - Di sela pameran hasil lomba foto Wondernight Indonesia V17 Pro Photo Competition, fotografer National Geographic Indonesia, Rahmad Azhar mengupas teknik fotografi dengan minim cahaya.
Lomba foto ini merupakan kolaborasi kedua antara Vivo Indonesia dan National Geographic Indonesia. Setelah penjurian selesai, foto yang dihasilkan oleh finalis dipamerkan pada 11 November - 17 November 2019.
Pada rentang waktu itu, kita bisa melihat karya-karya terbaik 20 finalis telah dipilih oleh para juri, dan dipamerkan di area lift capsule, Pondok Indah Mall 1, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Abadikan Petualangan Ibu Kota Tanpa Kendala, Fotografi Asyik dengan Ponsel Tanpa Batas
Sebelum lomba dimulai, Pahmad Azhar berkunjung ke ruang publik Ibu Kota untuk menjajal keunggulan kamera Vivo V17 Pro.
Ia melakukan eksplorasi fotografi di ruang terbuka warga. Salah satu tempat yang mereka kunjungi adalah Taman Spot Budaya 2 di Dukuh Atas, yang berada di jantung Ibu Kota. Ruang terbuka publik ini baru diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 18 Agustus 2019.
Di situlah, dia menjajal kemampuan fotografi dan videografi mereka lewat vivo V17 Pro yang baru saja hadir di Indonesia.
Kini, Rahmad Azhar membagikan pengalamannya memotret dengan kamera telepon pintar dalam kondisi minim cahaya.
Penting untuk mengetahui spesifikasi apa yang dimiliki oleh kamera ponsel. Dengan begitu, maka akan mudah menentukan apakah ponsel kamu mampu menghasilkan gambar yang bagus jika digunakan dalam kondisi minim cahaya.
Baca Juga: Miliki Resolusi Besar dan Kontras Tinggi, vivo V17 Pro Lulus Ujian Fotografer Kawakan!
"Spesifikasi gadget yang paling minimum, kalau sekarang mungkin yang paling minimum 12 megapiksel ya. Semuanya sudah minimal 12 megapiksel dan itu sangat cukup," kata dia.
Walaupun bertajuk minim cahaya, tapi cahaya tetap menjadi elemen penting yang menentukan bagus atau tidaknya foto yang akan dihasilkan. Kita harus memperhatikan sumber cahaya yang tersedia dan yang akan digunakan nantinya.
"Kita harus peka terhadap available light di situ atau kita akan membawa cahaya tambahan (lampu)," jelas Azhar.
Menurut Azhar, seorang fotografer harus paham lingkungan sekeliling yang jadi obyek fotonya. Fotografer harus mampu menentukan apakah obyek yang ingin diambil sudah terlihat baik dan memiliki cahaya yang cukup sehingga hasilnya nanti bisa maksimal.
"Tapi mau gadget-nya apa pun itu, kita harus bisa menghafalkan medan yang mau difoto. Misalnya low-light, tapi benar-benar gelap yang enggak dapat apa-apa," ujar dia.
Baca Juga: Bukan Hanya Korban Manusia, Foto-foto Pilu Ini Buktikan Karhutla Juga Mematikan Penghuni Hutan
Banyak fotografer menyebut soal golden moment, atau saat-saat keemasan yang menjadi waktu paling tepat untuk seseorang mengambil foto low-light.
Saat golden moment, banyak kilatan cahaya dengan warna dan siluet yang sangat menarik untuk diambil.
"Kan banyak fotografer bilang, golden moment dan golden light. Nah, itu sekitar pukul 18.00 atau sebelum matahari terbit, itu masih low-light dan sangat cantik difoto," ucapnya.
Tips terakhir jadi salah satu yang paling penting. Dalam mengambil foto dengan kondisi minim cahaya, kestabilan kamera jadi salah satu yang utama. Oleh karena itu, Azhar menyarankan penggunaan tripod dan penyangga sejenis.
"Selain tripod, kita juga perlu melatih tangan, jadi biar enggak tremor. Harus steady. Tipsnya kita mencari tembok atau tiang atau apa, tangannya bisa kita pepet atau nyender," jelas Azhar. (Syifa Nuri Khairunnisa/Kompas.com)
Sedimen Dasar Laut, 'Area Mati' yang Justru Penting dalam Ekosistem 'Blue Carbon'
Penulis | : | Rahmad Azhar Hutomo |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR