Kadarsah mengatakan data tersebut dikumpulkan secara manual di sejumlah lokasi di Jakarta, yakni Ancol, Bandengan, Glodok, Kemayoran, Monas, Bivak, Grogol dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). "Berdasarkan data terakhir (yang dihimpun), membuktikan bahwa pada saat PSBB, polutan itu memang berkurang secara signifikan. Kami membandingkannya dengan data historis selama 20 tahun terakhir," kata Kadarsah, seperti dikutip dari Kompas.com.
Penurunan tingkat polusi udara atau langit yang tampak lebih bersih tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain secara global. Dari provinsi Hubei di China hingga kawasan industri di Italia utara dan sekitarnya, tingkat polusi udara telah anjlok berkat lockdown atau karantina wilayah yang bertujuan untuk memperlambat penyebaran virus corona dengan menutup aktivitas bisnis di perkantoran dan pabrik dan membuat miliaran orang tetap tinggal di rumah saja selama berhari-hari.
Baca Juga: Kabar dari Timur: Menikmati Foto Bercerita Jepretan Anak-anak Sumba
Di India, negara yang kualitas udaranya termasuk yang terburuk di dunia, "orang-orang melaporkan melihat Himalaya untuk pertama kalinya dari tempat mereka tinggal," kata Lauri Myllyvirta, analis utama di Centre for Research on Energy and Clean Air yang berbasis di Helsinki, kepada National Geographic melalui email.
Lockdown yang diterapkan secara tergesa-gesa di India memang telah menghancurkan perekonomian masyarakat, menyebabkan ratusan ribu pekerja migran kehilangan rumah atau pekerjaannya. Tapi di Delhi, kota yang kondisi udaranya biasanya sangat buruk, tingkat PM2.5 dan gas berbahaya nitrogen dioksida turun di sana sempat turun lebih dari 70 persen saat masa lockdown.
Source | : | Kompas.com,National Geographic,The Conversation |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR