Bahkan Bucanero Fuerte, salah satu bir Kuba yang bagus, biasanya dijual dengan CUC. Harga Bucanero yang sebesar satu CUC, tidak mahal di banyak negara untuk sebotol bir, sama dengan gaji dokter sehari penuh. Anda lihat sendiri masalah soal mobil-mobilan itu. Itu sebabnya empat hari seminggu, saat semestinya beristirahat setelah giliran kerja UGD 24 jam, Dr. M mengemudi taksi.
!break!
Secara teknis, dia mengemudi mobilnya sendiri, mobil rongsok Rusia tua warisan ayahnya. Tetapi dia mengangkut wisatawan, karena wisatawan membayar dengan CUC. Dalam satu bulan musim ramai, Dr. M mengemudi taksi sehari bisa menghasilkan CUC yang setara dengan 15 kali lipat gaji sebagai dokter.
Di Kuba, hal ini tidak aneh. Armada taksi, seperti aspek lain dalam industri pariwisata, penuh dengan orang Kuba berpendidikan tinggi. Mereka tidak lagi bekerja dalam profesinya karena bertahun-tahun belajar—di bidang teknik, kedokteran, psikologi—menghasilkan gaji dalam “uang yang tak berharga”. Fenomena ini disebut sebagai “piramida terbalik”.
Istilah itu selalu dikatakan dalam nada putus asa oleh setiap orang Kuba yang menyebutnya, dengan makna: Inilah sebabnya para pemuda yang ambisius selalu pergi dari negeri ini.
Saya dan Dr. M menilik benda yang dipegang Che dalam kepalan raksasanya di atas kami, menyimpulkan benda itu granat, lalu masuk ke museum. Che Guevara adalah sarjana kedokteran Argentina saat bertemu dengan Fidel Castro, dan saat kami melewati pajangan dalam kaca berupa jurnal kedokteran Che dan jas lab Che, saya melirik Dr. M. Sekitar lima belas tahun sejak abu Che dipindahkan ke Santa Clara, kata Dr. M kepada saya, ini pertama kalinya dia mengunjungi museum itu.
Tetapi dia diam dan kalem, dan ketika kami keluar, dia hanya berkata, “Saya tak mengerti situasi kami saat ini—bagaimana sopir taksi bisa berpenghasilan jauh lebih besar daripada dokter.” Raut wajahnya menegaskan bahwa Che bukan topik menarik.
EDUARDO MEMBERITAHU SAYA bahwa tanggal keberangkatan perahu sudah ditetapkan, yaitu pada hari-hari setelah kunjungan paus berakhir, tergantung pada informasi prakiraan cuaca dan air pasang yang dapat mereka peroleh. Saat saya sedang tidak berada di Havana, di pedalaman pulau itu, pesan SMS dari nomornya muncul sesekali pada ponsel Kuba saya: “hai teman, saya akan segera berlibur.”
Saat itu saya sering berjalan kaki, atau memasang helm penumpang nan rapuh dan—bukan pilihan bijak—menaiki motor ojek liar. Sebagai orang luar, Kuba Baru yang Berubah tampak nyata sekaligus compang-camping, seolah ada pasar loak raksasa yang dibongkar dan diserakkan ke seluruh negeri.
Anak-anak muda duduk di tangga, menawarkan jasa reparasi ponsel atau isi ulang pemantik rokok. Keluarga memasang meja pajangan di beranda depan, berisi peralatan dapur bekas atau termos kopi dan piring retak berisi roti lapis daging dan keju yang dibungkus.
Di sini ada bisnis-bisnis kecil yang dulu dikelola oleh negara, tetapi sekarang, secara eksperimen, tidak lagi: tukang pangkas rambut dan bar camilan misalnya, yang manajemennya dialihkan kepada karyawan.
!break!
Dan di sini, di tengah salah satu blok perumahan di Havana, ada restoran baru yang bergaya, Le Chansonnier. Pintu masuknya tidak bernama; Le Chansonnier adalah paladar, restoran swasta di rumah, dan orang yang memiliki uang CUC-lah yang tahu letaknya.
Paladar berstatus legal selama bertahun-tahun di Kuba, tetapi dulu dibatasi secara ketat. Mereka berpura-pura bahwa semua paladar adalah usaha keluarga kecil yang tidak mencuri pelanggan dari restoran negara. Namun, sejak 2011 mereka diizinkan berkembang dan mempekerjakan staf. Mirip kamar kos yang dapat disewakan orang Kuba kepada orang asing di rumah dan apartemen sendiri, sebagian paladar yang populer telah menjadi kasir CUC yang ramai bagi pemiliknya.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR