Dia lahir pada 1924 di distrik Munich. Keluarganya merupakan bagian dari aristokrasi budaya Jerman-Yahudi. Dia berasal dari keluarga Yahudi Munich yang mapan dan terkemuka. Ayahnya, seorang editor beken, yang belajar di bawah ekonom Gustav Schmoller di Berlin. Edgar adalah seseorang bibliofil dan pengelola rumah penerbitan Duncker & Humblot.
Rumah Edgar tidak jauh dengan flat Hitler. Dia masih ingat saat melihatnya datang dan pergi. Dia juga melihat Ernst Röhm (1887-1934), perwira Jerman dan kepala penyelenggara Sturmabteilung, pasukan andalan Hitler. Röhm ditakuti sebagai saingan oleh Hitler, namun dia dibunuh atas perintah Hitler.
Baca Juga: Surat Gandhi Kepada Hitler Tentang Perdamaian Tak Pernah Sampai
Ia juga berkisah bagaimana ia selamat dari pembantaian Nazi. Cerita ini menjadi luar biasa karena paman laki-laki adalah seorang novelis yang dianggap sebagai salah satu “musuh pribadi” Sang Fuhrer.
Edgar pertama kali melihat Hilter di jalan Munich pada 1932 ketika ia berusia delapan tahun. Itu terjadi setahun sebelum Hitler mendapatkan gelar Kanselir. Kala itu, Edgar sedang diajak jalan-jalan oleh pengasuhnya, dan dalam waktu bersamaan Hitler menatapnya dengan sangat ramah dan murah hati.
Baca Juga: Ekspedisi Rahasia Hitler ke Antartika Demi Mencari Bahan Baku Margarin
Pada tahun 1933, kehidupan mudanya hancur. Hitler telah diangkat menjadi Kanselir. Orang tua Edgar, yang kehilangan haknya sebagai warga negara, berusaha melindunginya dari perundungan. Suasana kelas Edgar semakin tidak nyaman ketika gurunya menyuruhnya menggambar swastika, dan teman-teman sekolahnya bergabung dengan Pemuda Hitler.
Pada 1934, dari jendela rumahnya, Edgar menyaksikan gejolak di sekitar The Night of the Long Knives, yakni pembersihan yang berlangsung di Jerman Nazi dari 30 Juni hingga 2 Juli. Orang-orang Yahudi ditangkap; ayahnya dipenjarakan di Dachau.
Baca Juga: Melalui Gerakan Pemuda Hitler, Nazi Mendoktrin Jutaan Anak-anak Jerman
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR