"Di zona subduksi, pelat atas lebih tipis dan tidak terlalu kaku dibandingkan dengan pelat bawah di dekat parit," jelas Cheung.
“Pecahan dekat parit atau dangkal yang terkonsentrasi menghasilkan getaran tanah yang relatif lemah seperti yang dicatat oleh seismometer, tetapi air yang dipindahkan di laut dalam di atasnya telah meningkatkan energi dan menghasilkan gelombang tsunami yang lebih pendek yang memperkuat pada tingkat tinggi saat bergerak menuju pantai.” tambahnya.
“Proses gempa bumi dan tsunamigenik adalah kompleks, melibatkan banyak faktor yang bervariasi dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. Kami menggunakan model numerik yang disederhanakan untuk mengisolasi parameter gempa utama dan mengevaluasi kepentingannya dalam menentukan ukuran tsunami.” tutur Lay, profesor Ilmu Bumi dan Planet di UC Santa Cruz, seperti yang dilaporkan Tech Explorist.
Baca Juga: Saking Dalamnya, Gempa Terdalam yang Terdeteksi Ini Kejutkan Ilmuwan
Setelah memverifikasi bahwa adanya retakan gempa dangkal dapat menjadi faktor yang lebih signifikan daripada magnitudo gempa untuk ukuran tsunami yang dihasilkan, membuat para peneliti mengajukan pertanyaan penting: Dapatkah magnitudo gempa terus digunakan sebagai indikasi utama potensi dampak tsunami?
“Praktek menggunakan magnitudo gempa untuk memperkirakan potensi ancaman tsunami telah menyebabkan kemampuan prediksi yang buruk bagi dampak tsunami, dan lebih banyak informasi tentang sumbernya diperlukan untuk melakukan yang lebih baik,” kata Cheung.
Baca Juga: Catatan Gempa dan Mega Tsunami yang Pernah Melanda Maluku pada 1674
Aspek penting dari penelitian interdisipliner ini adalah sinergi keahlian dalam seismologi yang dimiliki oleh Lay, juga tsunami, yang dimiliki oleh kelompok penelitian Cheung, yang diterapkan pada sekumpulan besar pengamatan. Studi ini memotivasi pengembangan penelitian seismologi dan geodesi dasar laut baru yang dapat dengan cepat mendeteksi terjadinya retakan dangkal untuk mencapai peringatan tsunami yang lebih andal.
Sementara garis pantai di seluruh Samudra Pasifik dan di sepanjang “Cincin Api Pasifik” rentan terhadap tsunami, situasinya paling kritis bagi masyarakat pesisir di dekat gempa, di mana tsunami datang dengan cepat, ketika informasi rinci tentang gempa belum tersedia.
Cheung dan Lay akan melanjutkan kolaborasi mereka untuk menyelidiki peristiwa tsunami prasejarah, sejarah, dan masa depan untuk lebih memahami bahaya yang ditimbulkan bagi masyarakat pesisir dan memungkinkan sistem peringatan yang lebih akurat lagi.
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR