Nationalgeographic.co.id - Istilah Lima Kaisar Baik mengacu pada sekelompok kaisar Romawi yang memerintah antara abad ke-1 dan ke-2 Masehi. Periode ini sering dianggap sebagai titik puncak Kekaisaran Romawi. Di era Lima Kaisar Baik, kemakmuran dan kekuatan kekaisaran tidak pernah terputus selama lebih dari 80 tahun. Namun di waktu yang sama, retakan pertama mulai muncul di kekaisaran. Ini kemudian berkontribusi pada penurunan dan akhirnya jatuhnya Kekaisaran Romawi yang perkasa.
Siapa saja yang termasuk dalam Lima Kaisar Baik?
Lima Kaisar Baik terdiri dari Nerva, Trajan, Hadrian, Antoninus Pius, dan Marcus Aurelius. Era ini termasuk dalam Dinasti Nerva-Antoninus. Sementara Nerva diangkat menjadi kaisar oleh para pembunuh Domitianus, Kaisar Baik lainnya berkuasa karena ditunjuk oleh para pendahulu mereka. Tidak seperti pada umumnya, kaisar-kaisar penerusnya tidak memiliki hubungan darah.
Dinasti Nerva terdiri dari Nerva, Trajan, dan Hadrian; sedangkan Dinasti Antoninus terdiri dari Antoninus Pius dan Marcus Aurelius.
Yang pertama dari Lima Kaisar Baik adalah Nerva, yang menjadi kaisar setelah pembunuhan Domitianus pada tahun 96 Masehi. Pada saat berkuasa, Nerva sudah berusia 66 tahun dan diperkirakan tidak akan lama memerintah. Pemerintahan singkat Nerva selama 15 bulan. Ini artinya ia tidak punya waktu untuk berkontribusi pada kekaisaran seperti yang dilakukan Kaisar Baik lainnya.
Namun perannya cukup penting. Dengan menerima takhta, Nerva mencegah kekaisaran masuk ke dalam perang saudara. Seperti yang terjadi pada 69 Masehi setelah kematian Nero. “Stabilitas kekaisaran dipertahankan dengan mengadopsi Trajan yang kemudian ditunjuk jadi penerusnya,” tutur Wu Mingren dilansir dari laman Ancient Origins.
Wilayah kekuasaan semakin luas di tangan Lima Kaisar Baik
Di masa ini, Romawi berada di puncak kemakmuran dan kekuasaan. Para kaisar berhasil memperluas wilayah Romawi, bahkan mencapai tingkat territorial terbesar.
19 tahun pemerintahan Trajan, yang berlangsung dari 98 Masehi hingga 117 Masehi sejumlah kampanye militer dilakukan di Timur. Ia melakukan kampanye militer melawan Dacia dan berhasil memenangkannya. Kemenangan kaisar atas orang Dacia diperingati dalam kolom kemenangan yang dikenal sebagai Kolom Trajan.
Trajan kemudian berkampanye melawan Parthia dan berhasil menjarah ibu kotanya, Ctesiphon. Ia pun merebut wilayah Kerajaan Nabatea, Armenia, dan Mesopotamia.
Tugas mengonsolidasikan kekaisaran diserahkan kepada penerus Trajan, Hadrian. Ia memerintah selama 21 tahun, dari 117 Masehi hingga 138 Masehi. Menyadari bahwa tidak mungkin untuk mempertahankan keuntungan teritorial, Hadrian memutuskan untuk melepas Armenia dan Mesopotamia.
Baca Juga: Melihat Kediaman Kaisar Hadrian yang Luasnya Melebihi Kota Pompeii
Baca Juga: Menara Trajan: Sebuah Catatan Perang Menjulang di Tengah Roma
Baca Juga: Marcus Cocceius Nerva, Kaisar Romawi Tua yang Sukses di Saat Krisis
Trajan percaya bahwa gengsi Romawi bertumpu pada penaklukan militer. Berbeda dengan pendahulunya, Hadrian justru mengembangkan daerah-daerah yang sudah berada di bawah kendali Romawi.
“Kepedulian Hadrian terhadap provinsi ditunjukkan dengan mengunjungi hampir setiap provinsi kekaisaran selama masa pemerintahannya,” Mingren menambahkan.
Hadrian, bagaimanapun, tidak disukai oleh Senat. Bahkan setelah kematiannya, pendewaannya pun ditolak, tidak seperti kaisar-kaisar lainnya. Penggantinya Antoninus Pius berhasil membujuk Senat untuk menganugerahkan kehormatan Ilahi kepada ayah angkatnya itu. Hadrian pun diberi gelar 'Pius'. Pemerintahan Antoninus Pius berlangsung selama 23 tahun, dari 138 Masehi hingga 161 Masehi. Ini menjadi masa damai di mana tidak ada perang atau pemberontakan besar yang terjadi.
Berakhirnya Era Lima Kaisar Baik
Antoninus Pius digantikan oleh putra angkatnya, Marcus Aurelius dan Lucius Verus, yang memerintah sebagai kaisar bersama. Ketika Lucius Verus meninggal pada 169 Masehi, Marcus menjadi penguasa tunggal Kekaisaran Romawi.
Selama berabad-abad setelah kematiannya, Marcus dijunjung tinggi dan sering dianggap sebagai kaisar teladan. Bukan tanpa alasan, Marcus adalah administrator yang cakap dan terkenal karena pandangan filosofisnya. Namun tidak seperti pendahulunya yang memimpin dengan damai, kepemimpinannya jauh dari damai.
Di saat ia menduduki takhta, misalnya, Parthia menginvasi Suriah. Meskipun perang dimenangkan oleh Romawi, pasukan yang kembali membawa wabah. Pandemi, yang dikenal sebagai Wabah Antoninus, menghancurkan kekaisaran dari tahun 165 Masehi hingga 180 Masehi.
Selain itu, Marcus juga berurusan dengan suku-suku Jermanik yang menyerbu melintasi perbatasan Danubia Roma. Kegagalan terbesarnya sebagai kaisar adalah suksesi oleh putra kandungnya Commodus. Tidak seperti ayahnya dan Kaisar Baik lainnya, Commodus dikenang oleh sejarah sebagai penguasa tirani. Lebih buruk lagi, setelah pembunuhannya pada tahun 192 Masehi, perang saudara pecah sekali lagi. Alih-alih mengikuti jejak era Lima Kaisar Baik, tahun berikutnya dikenal sebagai Tahun Lima Kaisar. Pada masa itu lima orang mengeklaim takhta Romawi. Setelah itu, karena berbagai hal, Kekaisaran Romawi pun mulai mengalami penurunan dan akhirnya jatuh.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR