Namun, kedua sumber tersebut memiliki interpretasi yang berbeda tentang ukuran kota. Menurut WorldAtlas, New York City menempati total 3.353 mil persegi (8.683 km persegi), sementara World Population Review mencantumkan kota itu seluas 4.669 mil persegi (12.093 km persegi).
Kesenjangan ini, menurut Ward, karena tidak ada "norma dan pemahaman" konkrit tentang bagaimana menentukan batas kota. Sementara dalam hal populasi, Kota New York tidak berada di urutan teratas dalam daftar.
Menurut World Population Review, New York, yang berpenduduk 8.177,020 (per 2022) saat ini adalah kota terpadat ke-45 di dunia. New York diapit antara Kuala Lumpur, Malaysia dengan populasi 8.419.566 di posisi ke-44 dan Hangzhou, TIongkok dengan populasi 8.044.878 di posisi ke-46.
Dalam hal jumlah penduduk manusia, tidak ada kota lain yang bisa menyamai Tokyo, ibu kota Jepang. Dengan perkiraan populasi 37.274.000, menurut World Population Review. Tokyo memiliki lebih dari 5 juta penduduk lebih banyak daripada Delhi, India yang berada di posisi kedua, yang menampung sekitar 32.065.760 orang.
Namun, sumber lain telah mencapai kesimpulan yang berbeda dalam hal populasi kota. Statista, agregator data Jerman, juga menyebut Tokyo sebagai kota dengan populasi terbesar, tetapi angkanya sekitar 39.105.000.
Data Statista menempatkan Jakarta, Indonesia, sebagai kota terpadat kedua, dengan perkiraan populasi 35.362.000, dan menempatkan Delhi di urutan ketiga, dengan populasi 31.870.000.
Meskipun sulit untuk secara pasti menyatakan kota mana yang terbesar, terbukti bahwa dunia memiliki jumlah kota besar yang semakin meningkat. Umumnya dianggap sebagai kota dengan populasi lebih dari 10 juta.
Pusat-pusat kota yang luas ini menghadapi banyak tantangan, karena mereka terus berkembang, kata Ward. Tapi mereka akan memegang kunci kelangsungan hidup jangka panjang umat manusia, mengingat bahwa pada tahun 2050, hampir 70 persen dari populasi dunia akan hidup di kota-kota.
"Di beberapa kota, tantangan utama adalah mengelola pertumbuhan secara berkelanjutan. Di kota lain, apa yang harus dilakukan dengan warisan infrastruktur dari dekade terakhir. Intinya, tantangan yang dihadapi planet ini adalah menang atau kalah melalui aksi kota," kata Ward.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR