Nationalgeographic.co.id—Tim dari firma arkeologi ArchaeoTask GmbH menemukan situs abad pertengahan di dekat Sungai Danube di Jerman. Mereka menemukan banyak harta arkeologi, termasuk tembikar Zaman Batu dan kuburan abad pertengahan dengan pedang dan perhiasan.
Temuan tersebut mengungkapkan sejarah panjang tempat tinggal manusia di dekat Sungai Danube di Jerman. Penemuan tersebut mengisyaratkan bahwa manusia menduduki wilayah itu lebih lama dari yang diperkirakan penduduk setempat.
Seperti diketahui, aliran sungai tersebut adalah sungai terpanjang di Eropa setelah Sungai Volga. Membelah Eropa bermuara pada Laut Hitam, wilayah teritorial Ukraina.
Di situs tersebut, di distrik Geisingen-Gutmadingen di Tuttlingen, di barat daya Jerman, para arkeolog menemukan satu kuburan dari Neolitikum, atau Zaman Batu. Kuburan itu berasal dari milenium ketiga Sebelum Masehi (SM).
Setelah dibongkar, kuburan itu berisi tembikar khas dari budaya Corded Ware. Budaya tersebut terdiri dari cakrawala arkeologi Eropa yang luas antara tahun 3000 SM hingga 2350 SM. Dimulai dari Neolitik akhir, hingga Zaman Tembaga, dan berakhir pada Zaman Perunggu awal.
Peneliti juga menemukan 140 kuburan awal abad pertengahan, antara tahun 500 dan 600 M (Masehi). Dari kuburan tersebut didapati berisi barang-barang termasuk pedang, tombak, perisai, sisir tulang, gelas minum, dan anting-anting.
"Distrik Gutmadingen kami mungkin jauh lebih tua dari yang kami duga sebelumnya," kata Walikota Martin Numberger dalam sebuah pernyataan yang dikutip Live Science. Distrik tersebut sebelumnya bertanggal 1273 berdasarkan catatan tertulis pertama tentang pemukiman di sana.
Daerah tempat situs ditemukan tersebut, berada di dekat kolam retensi air hujan buatan. Kuburan Zaman Batu menunjukkan keberadaan orang-orang The Corded Ware. Orang-orang itu sekarang lebih dikenal dengan tembikar mereka yang dihiasi oleh garis-garis geometris yang dibentuk dengan menekan tali ke tanah liat dan meninggalkan bekas hingga kering.
Orang-orang ini mungkin adalah penggembala yang memelihara hewan seperti sapi dan domba. Beberapa di antaranya juga mempraktekkan pertanian awal tanaman seperti jelai. Kuburan dari periode ini jarang terjadi di barat daya Jerman, menurut pejabat setempat.
Kuburan awal abad pertengahan berasal dari abad setelah berakhirnya Kekaisaran Romawi Barat, yang jatuh pada tahun 476 M. Ketika itu panglima perang Jerman Odoacer menggulingkan kaisar Romawi Romulus Augustus.
Periode ini adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai Periode Migrasi, atau Völkerwanderung, ketika berbagai suku di Eropa berpindah-pindah. Saat itu mereka sering saling menaklukkan dan mendorong satu sama lain ke wilayah baru.
Sejarawan menganggap periode ini transisi antara zaman kuno dan awal Abad Pertengahan. Sementara di kuburan lain dari periode ini ditemukan di Jerman, pria sering dikubur dengan senjata. Sedangkan jika itu wanita dikebumikan dengan perhiasan dan manik-manik.
Baca Juga: Shabti, Patung Simbol Pelayan Bangsa Mesir Kuno di Alam Baka
Baca Juga: Penanda Kuburan Berusia 1.800 Tahun Ini Mengutuk Orang yang Membukanya
Baca Juga: Raja Viking Herlaug dan Para Anak Buahnya Memilih Dikubur Hidup-Hidup
Baca Juga: Gali 25 Kuburan Kuno, Arkeolog Ungkap Nenek Moyang Bangsa Maya
Ritus penguburan terkadang berubah saat penakluk mengambil alih desa atau wilayah tertentu. Misalnya, suku Jermanik yang disebut Alemanni dikalahkan oleh kaum Frank pada tahun 496 M dan diserap ke dalam Kadipaten Merovingian.
Selama masa transisi ini, suku Alemanni mulai menguburkan orang mati dari rumah tangga mereka bersama-sama di kuburan yang disebut adelsgrablege (berarti "kuburan mulia"). Kuburan itu juga menyimpan barang-barang mewah, seperti baju besi dan perhiasan.
Sebuah studi tahun 2018 pernah menyelidiki salah satu kuburan ini yang berasal dari sekitar tahun 580 hingga 630 M. Mereka menemukan bahwa anggota rumah tangga tidak harus memiliki hubungan darah dan bahwa anggota keluarga yang diadopsi dihargai sama dengan mereka yang lahir atau menikah di dalamnya.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR