Arkeolog belum menggali gundukan pemakaman kaisar itu sendiri. Untuk membuatnya, para pekerja menggali hingga kedalaman 30 meter. Kemudian membangun sebuah kuburan sebelum menutupinya dengan gundukan berbentuk piramida yang tingginya lebih dari 50 meter. Banyak spekulasi seputar apa yang mungkin ada di dalamnya.
Sejarawan Tiongkok dari abad kedua Sebelum Masehi, Sima Qian, mencatat bahwa jenazah kaisar mungkin dilindungi oleh sungai merkuri dan perangkap untuk menghentikan penyusup.
Desain mausoleum dan bahan yang digunakan menunjukkan keinginannya untuk mengelilingi dirinya dengan apa yang dibutuhkan di akhirat.
Pembangunannya dimaksudkan untuk memperkuat kekuatannya saat masih hidup. Mausoleum merupakan bukti luar biasa dari supremasi kedaulatan baru. Ini menunjukkan sang kaisar mampu memobilisasi semua sumber daya, pekerja, dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menciptakan sesuatu dalam skala dan kemegahan yang tak tertandingi.
Berita tentang proyek mewah ini mungkin bergema sampai ke batas luar Dinasti Qin Tiongkok. Tidak dapat dibantah jika ini menciptakan aura mistik seorang kaisar yang begitu kaya dan berkuasa. Ia dapat menciptakan pasukan model seukuran aslinya, yang siap untuk selamanya, menghadap ke timur menuju wilayah yang telah dia taklukkan dengan begitu spektakuler.
Bagaimana menyatukan semua sumber daya untuk memproduksi 8.000 prajurit terakota?
Bagaimana menyatukan bahan mentah, pengetahuan, dan tenaga kerja untuk membangun ribuan tentara seukuran aslinya di abad ketiga Sebelum Masehi?
Memproduksi tentara terakota membutuhkan sistem produksi massal standar, bersama dengan manajemen proyek yang sangat efisien.
Studi rekayasa terbalik yang dilakukan oleh tim arkeolog mencoba untuk menciptakan kembali bagaimana artefak ini dibuat. Ini dilakukan berdasarkan analisis ilmiah mereka.
Tim mengusulkan agar tenaga kerja diatur dalam tim yang relatif kecil, bekerja secara paralel untuk menghasilkan bagian-bagian yang terpisah.
Para prajurit tidak diproduksi dan dikumpulkan dalam satu bengkel; sebaliknya, kelompok pengrajin yang terpisah, masing-masing dipimpin oleh seorang master. Kemudian mereka mengumpulkan para prajurit satu per satu, yang setelah dicat, akan dibawa ke lubang makam.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR