Dalam studi tersebut, para peneliti mempelajari pengayaan isotop dalam sampel jaringan Nepenthes untuk membandingkan tingkat nitrogen dan karbon yang diperoleh secara eksternal.
Mereka membandingkan spesies yang menangkap invertebrata dengan spesies yang khusus mengumpulkan kotoran mamalia, juga menguji tanaman non-karnivora yang tumbuh bersama sebagai kontrol referensi.
Baca Juga: Wisata Alam dan Mendaki Gunung Berdampak Buruk Terhadap Satwa Liar
Baca Juga: Jutaan Tahun Lalu Burung Predator Raksasa Pernah Meneror Bumi
Baca Juga: Dunia Hewan: Semut Tentara Tertua Ini Ungkap Predator Penyerbu Eropa
Baca Juga: Predator Laut Mikroskopis: Senjata Rahasia Melawan Perubahan Iklim
Mereka menemukan bahwa isotop nitrogen 15N yang lebih berat diperkaya secara signifikan di semua Nepenthes yang diuji dibandingkan dengan tanaman non-karnivora di dekatnya, tetapi tingkat 15N bahkan lebih besar di Nepenthes yang dikhususkan untuk menangkap kotoran mamalia.
“Beberapa spesies Nepenthes telah berevolusi dari karnivora menjadi pemakan kotoran hewan,” kata Alastair Robinson, seorang ahli botani di Royal Botanic Gardens Victoria.
Mereka menemukan bahwa penangkapan nitrogen lebih dari dua kali lebih besar pada spesies yang menangkap kotoran mamalia dibandingkan dengan Nepenthes lainnya.
“Mangsa serangga langka di puncak tropis di atas 2.200 m, jadi tanaman ini memaksimalkan pengembalian nutrisi dengan mengumpulkan dan mempertahankan lebih sedikit sumber nitrogen bernilai tinggi seperti kotoran tikus pohon," kata mereka.
Source | : | Sci News,Annals of Botany |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR