Nationalgeographic.co.id – Riset menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan lebih dari 19 juta ton sampah per tahunnya dan baru 77% sampah yang terkelola. Kebanyakan sampah di Indonesia ini berasal dari rumah, pasar tradisional, dan perkantoran.
Indonesia juga merupakan negara penghasil sampah plastik terbanyak kedua di dunia, dengan total lebih dari 5 juta ton sampah plastik per tahun. Sekitar 3 juta ton sampah plastik di antaranya terbuang ke perairan di sekeliling Indonesia.
Di sisi lain, sayangnya, hasil survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 72% masyarakat Indonesia masih belum peduli terhadap sampah. Selain itu, mereka juga belum terbiasa memilah dan mengelola sampah dengan baik.
Mengetahui kondisi ini, SIG Combibloc Group (SIG) selaku perusahaan produsen kemasan makanan dan minuman berskala global yang memiliki pilar berkelanjutan, bersama SIG Way Beyond Good Foundation, berinisiatif menggulirkan program Recycle for Good di Indonesia.
"Tujuannya adalah mengubah perilaku konsumen untuk memilah, mengumpulkan, dan membawa sampah-sampah itu ke drop point (titik pegumpulan untuk didaur ulang)," ujar Noer Wellington, Head of Market Indonesia, Malaysia, Philippines and Vietnam SIG Indonesia, dalam acara Peluncuran Program Recycle for Good: Acting with Purpose di Cibubur Junction, Jakarta Timur, Jumat (03/03/2023).
Welli, sapaan Noer Wellington, mengatakan bahwa Recycle for Good ini adalah bagian dari komitmen Way Beyond Good dari SIG. "Way Beyond Good adalah roadmap bagi SIG untuk bisa menjadi net positif. Jadi net positif itu maksudnya bukan hanya mengambil ke alam, tetapi kita juga mengembalikan lebih dari yang kita ambil ke alam."
"Untuk itu kita juga mempunyai yayasan yang didirikan oleh SIG dengan nama SIG Way Beyond Good Foundation. Foundation ini berdiri pada 2018 berbasis di Neuhausen am Rheinfall di Swiss. Misi dari SIG Way Beyond Good Foundation adalah membuat masa depan di mana nutrisi yang baik dan air bersih tersedia untuk semua orang," papar Welli.
Salah satu program yang telah dijalankan oleh SIG Way Beyond Foundation adalah Cartons for Good di Banglades, yakni membagikan kotak berisi makanan bergizi kepada anak-anak kurang mampu di sekolah-sekolah di sana.
Yayasan tersebut juga telah lebih dulu menjalankan program Recycle for Good di Brasil dengan bekera sama dengan mitranya, yakni SO+MA. Daur ulang sampah menjadi fokus mereka karena sampah polutan yang bisa merusak sumber air dan pangan di Bumi.
Selama sekitar tiga tahun ini, SIG bersama SO+MA telah berhasil mendirikan 20 titik pengumpulan (drop point) sampah di 6 kota di Brasil. Sampah-sampah ini kemudian didaur ulang untuk jadi berbagai produk berguna dan mereka yang membawa sampah ini ke drop point akan mendapatkan hadiah (reward) berupa makanan, minuman, dan produk lainnya.
Melihat kesuksesan di Brasil ini, SIG kemudian mencoba menduplikasikan program Recycle for Good ini di Indonesia karena mereka melihat masyarakat Indonesia memiliki karakter perilaku yang mirip dengan masyarakat Brasil. "Recycle for Good yang diluncurkan ini adalah yang pertama di Indonesia, sekaligus yang pertama di Asia Tenggara," ucap Welli.
Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia yang juga menjadi pembicara dalan acara peluncuran program ini, menyatakan "senang dengan adanya korporasi yang bekerja dengan berpihak pada lingkungan." Didi mengatakan tugas National Geographic Indonesia sebagai media adalah menyebarkan inisiatif baik seperti ini untuk menginspirasi dan mengubah perilaku masyarakat.
Khusus untuk masalah sampah, Didi mengatakan bahwa kemampuan pemerintah Indonesia dalam mengelola sampah baru 60 sampai 70 persen. Tumpukan sampah di TPA Bantargebang "sekarang sudah tinggi seperti bangunan 16 lantai," kata Didi. "Bantargebang itu sudah jadi satu 'bentang alam baru'. Kalau kita lihat di Google Maps itu sudah kelihatan jadi landmark, sudah jadi gunung."
Sebagai perbandingan, bangunan Cibubur Junction hanyalah 6 lantai. Jadi, gunung sampah di Bantargebang, Bekasi, bisa dibilang sekitar 2 hingga 3 kali lebih tinggi daripada mal di Cibubur itu.
Selain itu, banyak tempat pembuangan akhir (TPA) di lokasi lain juga sudah overkapasitas. "Jadi, kita butuh lebih banyak solusi untuk bisa menguraikan sampah-sampah tadi agar tidak hanya diam berakhir di TPA," tegas Didi.
Baca Juga: Dosen ITB Sulap Limbah Kotoran Sapi Menjadi Ragam Perkakas Sehari-hari
Baca Juga: Dari Busana hingga Makanan, Kota Kecil Ini Mendaur Ulang Limbahnya!
Baca Juga: Solusi Hijau: Daur Ulang Tinja dan Urin untuk Gizi Pangan dan Obat
Oleh karena itu, Didi mengapresiasi program Recycle for Good ini. "Solusi ini pasti berdampak baik, karena dijagain dari hulu ke hilir, mulai dari milah sampahnya sampai penciptaan produk baru" dari hasil daur ulang sampahnya.
"Dari sini kita perlu mengubah narasi 'Berapa banyak, sih, (sampah yang akan didaur ulang lewat program ini?' Bukan itu yang ditanyai, tapi 'Apakah kita sudah melakukan hal yang sama dalam skala kita sendiri?' Itu yang sebetulnya esensi dari gerakan seperti ini," kata Didi. "Ini soal penciptaan budaya baru, kebiasaan baru, tren baru, kesenangan baru."
Sistem Kerja Recycle for Good
Saat ini drop point sampah Recycle for Good telah tersedia dan beroperasi di mal Cibubur Junction, Jakarta Timur. Titik pengumpulan ini berupa ruangan kontainer untuk menimbang dan menampung sampah. Satu titik pengumpulan ini berlokasi strategis di area depan mal, dekat jalan raya, dan masih di area gerbang masuk mal sehingga bakal sering dilalui para pejalan kaki dan pengendara yang masuk mal. Armada Kemasan, mitra SIG, yang akan mengambil sampah pengumpulan ini untuk didaur ulang.
Selain mengantar sampah untuk didaur ulang, di drop point ini pula para konsumen bisa menukarkan poin yang telah dikumpulkannya dengan berbagai produk. Drop point ini beroperasi setiap hari Selasa sampai Minggu dari pukul 09.00 sampai 18.00 WIB.
Untuk mulai mengikuti gerakan pengumpulan sampah untuk didaur ulang ini, para konsumen perlu mengunduh aplikasi Recycle for Good yang tersedia di App Store maupun Google Play Store. Lalu Anda bisa segera mendaftarkan nama Anda secara gratis di aplikasi tersebut.
Kemudian, Anda bisa membawa sampah yang bisa di daur ulang yang telah Anda pilah di rumah ataupun didapat dari sisa belanja di mal ke drop point tersebut. Jenis sampah yang bisa dikumpulkan untuk mendapatkan poin di sana adalah kemasan karton (2.200 poin/kg), plastik (1.000 poin/kg), kertas (400 poin/kg), stereofoam (30 poin/kg), alumunium (1.000 poin/kg), besi (600 poin/kg), kaca (300 poin/kg), elektronik rumah tangga (300/kg), dan minyak jelantah (2.000 poin/kg).
Anda dapat mengetahui jumlah poin yang telah Anda kumpulkan lewat aplikasi Recycle for Good tersebut. Lalu Anda bisa menukarkan poin tersebut dengan berbagai manfaat dan hadiah.
Sebagai contoh, Anda bisa mendapatkan 2,5 kilogram beras dengan menukarkan 35.000 poin. Tentu ini sangat berguna bagi keluarga. Lalu ada juga produk seperti minyak goreng untuk penukaran 25.000 poin, gula untuk 15.000 poin, sabun cuci piring 15.000 poin, kara santan 5.450 poin, mi instan 3.000 poin, susu indomilk 2.550 poin, kopi nescafe 2.450 poin, sari kacang ijo 2.000 poin, teh kotak 1.950 poin, dan banyak lainnya.
Angela Lu, President and General Manager Asia Pacific-South SIG Group, berkata, “Kami sangat senang bisa meluncurkan program Recycle for Good di Asia Tenggara, dimulai dengan Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara di wilayah Asia Tenggara yang telah mengambil tindakan untuk menangani isu-isu lingkungan dan SIG juga mengambil bagian melalui Recycle for Good."
Indonesia juga merupakan pasar yang besar untuk SIG Group, dengan sekitar 2,5 miliar produk kemasan dari SIG dipasok ke Indonesia setiap tahunnya. Jadi, perusahaan multinasional yang beroperasi di lebih dari 100 negara dengan memperkerjakan sekitar 9.000 karyawan secara global ini juga merasa perlu berkontribusi bagi lingkungan di Indonesia.
Welli berharap SIG dapat membuka drop point di lokasi-lokasi lainnya di Indonesia, tetapi mereka akan mencoba dari satu titik ini lebih dulu, baru kemudian akan dianalisis dan dievaluasi setiap bulannya apakah program ini sukses dan mendapat animo yang besar dari masyarakat.
Jika drop point di Cibubur Junction ini sukses dan masyarakat Indonesia meminta adanya drop point di lokasi lain, tentu akan mereka pertimbangkan seperti di Brasil yang kini sudah memiliki 20 drop point Recycle for Good.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR