Gempa bumi bawah laut adalah peristiwa terjadinya gempa tektonik akibat pertemuan atau tubrukan dari lempeng tektonik. Peristiwa ini paling mungkin menghasilkan tsunami .
Untuk studi ini, para peneliti dari University of California, Los Angeles dan Cardiff University di Inggris mengembangkan sistem peringatan dini telah menerbitkan studi tersebut dalam Physics of Fluids, oleh AIP Publishing.
Makalah tersebut telah dipublikasikan dengan judul "Numerical validation of an effective slender fault source solution for past tsunami scenarios" yang bisa diperoleh secara daring.
Sistem tersebut menggabungkan teknologi akustik canggih dengan kecerdasan buatan. Peranti ini segera mengklasifikasikan gempa bumi dan menentukan potensi gempa bumi serta resiko tsunami.
Gempa bumi bawah laut dapat memicu tsunami jika sejumlah besar air dipindahkan, sehingga menentukan jenis gempa sangat penting untuk menilai risiko tsunami.
"Peristiwa tektonik dengan elemen slip vertikal yang kuat lebih cenderung menaikkan atau menurunkan kolom air dibandingkan dengan elemen slip horizontal," kata rekan penulis Bernabe Gomez.
“Dengan demikian, mengetahui jenis slip pada tahap awal penilaian dapat mengurangi alarm palsu dan meningkatkan keandalan sistem peringatan melalui validasi silang independen.”
Dalam kasus ini, waktu sangat penting. Sistem peringatan dini yang mengandalkan pelampung gelombang laut dalam untuk mengukur ketinggian air seringkali menyisakan waktu evakuasi yang tidak mencukupi.
Sebaliknya, para peneliti mengusulkan untuk mengukur radiasi akustik (suara) yang dihasilkan oleh gempa bumi. Besarannya akan membawa informasi tentang peristiwa tektonik dan bergerak jauh lebih cepat daripada gelombang tsunami.
Mikrofon bawah air, yang disebut hidrofon, merekam gelombang akustik dan memantau aktivitas tektonik secara real time atau waktu nyata.
Radiasi akustik bergerak melalui kolom air jauh lebih cepat daripada gelombang tsunami. Ia membawa informasi tentang sumber asal dan medan tekanannya dapat direkam di lokasi yang jauh, bahkan ribuan kilometer jauhnya dari sumber.
Source | : | Physics of Fluids,American Institute of Physics |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR