Nationalgeographic.co.id—Suhu panas ekstrem yang melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia, ternyata bisa menyebabkan kematian.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mewanti-wanti kita bahwa gelombang panas adalah salah satu bahaya alam yang paling berbahaya, tetapi jarang mendapat perhatian karena jumlah kematian tidak selalu langsung terlihat. Sepanjang 1998-2017, lebih dari 166.000 orang meninggal akibat gelombang panas, termasuk lebih dari 70.000 yang meninggal selama gelombang panas tahun 2003 di Eropa.
Bagaimana hal ini dapat terjadi?
“Berkeringat membantu melepaskan panas, yang membantu menjaga suhu tubuh tetap optimal,” kata Pamela Webert, ahli fisiologi olahraga di Henry Ford Health yang dilansir laman henryford.com. "Jika kita tidak berkeringat, tubuh kita akan benar-benar matang dari dalam ke luar."
Ada beberapa alasan utama mengapa kita berkeringat. Untuk mengatur suhu inti tubuh kita di iklim panas. Untuk menghentikan diri kita dari kepanasan saat berolahraga. Untuk mengimbangi efek penyakit pada tubuh kita, yang dapat memengaruhi suhu internal kita.
Keringat sebagian besar terdiri atas air tetapi juga mengandung natrium, klorida, kalium, kalsium dan magnesium. Seseorang yang tidak terlalu bugar cenderung kehilangan lebih banyak natrium dalam keringatnya daripada orang yang bugar.
"Beberapa orang akan kehilangan lebih banyak natrium dalam keringatnya daripada yang lain," kata Webert. Jika keringat Anda asin—artinya membuat mata Anda perih, meninggalkan rasa berpasir di kulit Anda atau menghasilkan sengatan pada luka terbuka—Anda kehilangan natrium, yang dapat Anda ganti dengan minuman olahraga.
Manusia memiliki rata-rata antara dua hingga empat juta kelenjar keringat. Ada dua jenis kelenjar keringat: ekrin dan apokrin. Kelenjar apokrin ditemukan di kulit, payudara, kelopak mata, dan telinga.
Sebagian besar yang ada di kulit kita terkonsentrasi di sekitar ketiak, selangkangan, dan di sekitar puting kita. Dari sudut pandang evolusi, mereka adalah kelenjar aroma, yang menjadikannya sumber dari sebagian besar bau badan.
Kelenjar eccrine adalah kelenjar yang menghasilkan keringat paling banyak, yang masuk akal karena merupakan salah satu cara utama yang digunakan tubuh kita untuk mengatur suhu kita. Saat kita mulai kepanasan, sistem saraf kita menggerakkan kelenjar eccrine kita untuk merangsang keringat.
Berapa banyak yang sebenarnya kita hasilkan dipengaruhi oleh banyak faktor; kondisi lingkungan, usia kita, tingkat kebugaran, genetika, dan bahkan jenis kelamin kita ikut berperan.
Beberapa penyakit—seperti demam—memiliki kecenderungan untuk mengacaukan suhu internal tubuh kita, dan berkeringat adalah cara tubuh kita mencoba untuk mendapatkan kembali kendali.
Chris Minson, seorang ahli fisiologi lingkungan dari University of Oregon di Eugene, menyatakan bahwa cuaca panas itu sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, perpaduan antara suhu panas, kelembaban tinggi, dan kondisi kesehatan, dapat mendorong suhu tubuh seserang mencapai zona bahaya yakni hingga 40 derajat Celsius.
Saat itu, sistem organ mulai tidak teratur dan rusak, jantung pun mengalami stres berlebihan."Jika dengan berbagai cara kita tidak bisa mengimbangi suhu panas dari luar untuk melindungi suhu tubuh internal, di saat itulah masalah muncul," kata Minson.
Tubuh manusia sebenarnya mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap suhu tinggi. Ini terlihat dalam ketahanan seorang atlet lari jarak jauh atau balap sepeda. Mereka kerap berkompetisi di padang pasir panas dan tandus tanpa mengkhawatirkan terjadinya overheating.
Secara alamiah, tubuh manusia memiliki cara tersendiri untuk mengatasi suhu lingkungan yang tinggi. Jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa darah ke kulit, membuat pembuluh darah melebar hingga melepaskan lebih banyak panas.
Pada saat yang sama, tubuh kita memproduksi keringat berlebih. Ini merupakan strategi terbaik tubuh kita untuk mendinginkan suhu. Karena panas yang berlebih telah dikeluarkan melalui keringat lalu menguap ke udara (proses evaporasi). Keringat sebagai cairan asin akan berubah menjadi gas dan membuat kulit menjadi sejuk.
Di saat inilah darah mengalir ke seluruh permukaan kulit dan kembali ke inti tubuh. Menjaga kita dari overheating. "Kita memiliki kemampuan untuk berkeringat. Sistem pendingin yang luar biasa ketika kelembaban tinggi. Sekarang masalahnya, keringat tidak lagi efektif." kata Minson.
Baca Juga: Dari Keringat Atlet sampai Kencan, Kebiasaan Aneh Orang Yunani Kuno
Baca Juga: Saat Manusia Stres, Anjing dapat Mengetahuinya dari Bau Keringat
Baca Juga: Hiperhidrosis, Kondisi Keringat Berlebih yang Bisa Mengganggu Kehidupan
Baca Juga: Delapan Jenis Olahraga untuk Anda yang Tidak Suka Berkeringat
Otak dan sistem saraf manusia sangat sensitif dengan suhu tubuh tinggi. Bisa menyebabkan disorientasi, perilaku aneh, kehilangan memori, dan sulit berpikir jernih. Bagi orang yang memiliki riwayat kesehatan tertentu, kondisi ini akan memiliki tantangan ekstra.
Kondisi panas memaksa jantung harus bekerja lebih keras. Pada orang yang bermasalah dengan jantung, kondisi ini membuat mereka beresiko mengalami serangan jantung lebih besar.
Untuk penderita diabetes, penyakit ginjal dan kondisi lain, mengatur suhu dan level cairan dalam tubuh jadi menyulitkan. Hingga menyebabkan dehidrasi, gagal ginjal, dan masalah hati.
Untuk mencegah peningkatan suhu tubuh, para ahli menyarankan untuk minum lebih banyak cairan dan berolahraga di dalam ruangan pada hari-hari terpanas.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR