Nationalgeographic.co.id—Di masa lalu, para penguasa berlomba-lomba untuk menguasai wilayah, seperti di era Kekaisaran Tiongkok. Misalnya, suku Nomaden yang terus berupaya melintasi perbatasan dan menginvasi.
Segala cara dilakukan untuk mencegahnya, mulai dari memperkuat perbatasan, membangun benteng, hingga membangun rumah khusus. Salah satu rumah komunal yang dibangun untuk menghalau musuh adalah Fujian Tulou.
Tersembunyi di pegunungan subtropis di Provinsi Fujian, Tiongkok tenggara, Fujan Tulou adalah serangkaian rumah bertingkat raksasa yang dibangun dengan kayu. “Bangunan itu dibentengi dengan dinding lumpur,” tulis Clarissa Wei di laman National Geographic.
Rumah-rumah komunal besar ini dibangun dengan prinsip feng shui. Posisinya dipilih agar berada di tengah-tengah ladang teh, tembakau, dan sawah serta hutan pinus dan bambu yang melimpah.
Mengutip dari laman China Highlights, desa-desa bertembok dibangun di era Dinasti Song (960–1279). Saat itu suku Hakka Han berpindah dari kampung halaman mereka di Tiongkok tengah utara ke pegunungan di Tiongkok tenggara.
Sejak saat itu konstruksinya tetap sama. Namun konflik dengan penguasa di sekitarnya menyebabkan pembangunan rumah komunal seperti benteng yang berbentuk donat. Pembangunan itu berlangsung di era Dinasti Ming (1368–1644) hingga era Republik Tiongkok (1912–1949).
Fungsi Fujian Tulou
Dindingnya setebal 1,5 meter dan tingginya bisa mencapai 18 meter. Fitur pertahanan termasuk gerbang besi, terowongan pelarian bawah tanah, celah senjata di bawah gelap, dan atap genteng. Selain itu, di dalamnya juga terdapat sumur air serta stok cadangan biji-bijian dan ternak. Ini semua sudah disiapkan untuk berjaga-jaga bila terjadi konflik yang berkepanjangan.
Tulou memiliki dua fungsi utama, sebagai tempat tinggal komunal dan benteng pertahanan. Setiap bangunan biasanya menampung keluarga besar dari satu klan Hakka. Struktur ini mendukung kesetaraan dan persatuan. Pasalnya, area keluarga memiliki ukuran dan bentuk yang sama. “Setiap orang tinggal di bawah atap yang sama, berbagi area komunal,” tulis Fercility Jiang di laman China Highlights.
Sebagian besar bangunan tanah memiliki tiga atau empat lantai dengan fungsi tertentu. Lantai pertama digunakan untuk dapur dan ruang makan; lantai dua untuk toko biji-bijian. Sedangkan lantai ketiga dan keempat digunakan untuk ruang tidur.
Lalu muncul pertanyaan, apakah mereka memiliki ruang komunal dan kamar mandi umum? Sebagian besar Fujian Tulou memiliki setidaknya tiga ring konsentris bangunan. Ring terluar adalah bagian utama dari bangunan yang telah dijelaskan di atas. Ring kedua dilengkapi dengan kamar mandi. Sedangkan bagian tengahnya adalah ruang duduk, serta aula leluhur keluarga.
Bangunan-bangunan ini memiliki ventilasi dan penerangan yang baik. Penghuninya akan merasa hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas.
100–400 tahun yang lalu, Fujian Tulou memainkan peran penting dalam melindungi suku Hakka dari serangan penguasa yang haus akan kekuasaan. Di sini, penduduk dapat dengan mudah memasang pertahanan dan pintu masuk pun diperkuat.
Konstruksi Fujian Tulou
Fujian Tulou diterjemahkan sebagai bangunan tanah. Namun bahan konstruksinya terdiri dari lebih dari sekadar lumpur. Fondasi struktur terdiri dari batu sungai setempat dan dindingnya terbuat dari lumpur sedimen halus yang bersumber dari persawahan. Lumpur itu diperkuat dengan bambu yang dicacah, dicampur dengan pasir dan kapur, lalu dipadatkan.
Setiap bangunan Fujian Tulou pada dasarnya berfungsi ganda sebagai desa mandiri. Meskipun terbuka untuk umum untuk dikunjungi, masih ada orang yang tinggal di dalamnya. Banyak di antaranya berasal dari klan yang sama,” kata Wei.
Kehidupan komunal dan kesetaraan merupakan bagian integral dari desa-desa ini. Meskipun masing-masing keluarga memiliki ruang pribadi sendiri, penduduk berkumpul di halaman untuk upacara seperti pemujaan leluhur dan pernikahan.
Yang paling terkenal adalah Chengqi. Fujian Tulou ini memiliki 4 lantai dan 400 kamar.
Karena kondisi ekonomi, telah terjadi penurunan penduduk yang signifikan selama 25 tahun terakhir. Bangunan yang dulunya menampung ribuan orang, kini hanya menjadi rumah bagi beberapa lusin penduduk tetap. Kebanyakan dari mereka adalah orang tua.
Pada tahun 2008, 46 tulou diberi status Warisan Dunia oleh UNESCO. Masuknya pariwisata turut menjaga kelangsungan warisan penting ini. Selain itu, pariwisata juga mendukung bisnis lokal dan memungkinkan Fujian Tulou untuk tetap “hidup” dan berfungsi.
Fujian Tulou tersebar di Kabupaten Nanjing dan Kabupaten Yongding di Provinsi Fujian. Dari Xiamen, Anda bisa menggunakan bus atau kereta api untuk mencapai Fujian Tulou.
Dengan bus, ada jalur langsung ke Kota Hukeng di Kabupaten Yongding. Stasiun kereta api terdekat adalah Stasiun Yongding, di mana terdapat minibus yang langsung menuju ke lokasi.
Sebagian besar pengunjung mengalokasikan setengah hari untuk mengelilingi satu bangunan. Untuk mendapatkan pengalaman unik, wisatawan bisa mencoba tinggal di Fujian Tulou.
Baca Juga: Kisah Feng dari Pelayan Budak Hingga Permaisuri Kekaisaran Tiongkok
Baca Juga: Upaya Keras Kekaisaran Tiongkok Memerangi Perdagangan Ilegal Opium
Baca Juga: Bernasib Tragis, Kaisar Tiongkok Ini Turun Takhta saat Ditawan Musuh
Baca Juga: Posisi Terpenting, Bagaimana Permaisuri Kekaisaran Tiongkok Dipilih?
Beberapa Fujian Tulou bahkan menawarkan penginapan. Di sana Anda bisa merasakan tinggal di bangunan unik tersebut sambil menikmati kelezatan masakan khas Hakka.
Fujian memiliki fluktuasi suhu sedang dan dapat dikunjungi sepanjang tahun. Maret sampai Agustus adalah musim hujan dan topan cenderung terjadi menjelang paruh kedua musim panas. September hingga Desember adalah musim kemarau, yang umumnya merupakan waktu terbaik untuk berkunjung.
Karena bentuknya yang besar, bulat, dan berkelompok, gambar satelit Fujian Tulou menimbulkan spekulasi selama Perang Dingin. Negara-negara Barat mengira Fujian Tulou sebagai silo rudal nuklir Tiongkok.
Didesain dan dibangun sedemikian rupa, Fujian Tulou tidak hanya berfungsi sebagai permukiman komunal tapi juga benteng yang melindungi penduduknya.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Source | : | National Geographic,China Highlights |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR