Tumpukan kayu terbakar terus menerus. Dalam banyak kasus, jenazah ditumpuk satu sama lain, sebuah pemandangan yang sebelumnya tidak terbayangkan dalam masyarakat yang sangat menghormati ritual kematian.
Pengabaian terhadap adat istiadat dalam sejarah Yunani kuno ini bukan hanya merupakan respons logistik namun juga cerminan kekecewaan masyarakat yang lebih dalam.
Banyak yang mulai mempertanyakan keberadaan dan kebaikan para dewa, sehingga menyebabkan krisis spiritual yang mendalam.
Kuil-kuil, yang dulunya merupakan pusat ibadah ramai, kini menjadi tempat keputusasaan, dimana orang-orang sakit mencari perlindungan di tempat suci tersebut, namun akhirnya menemui ajalnya di sana.
Wabah ini juga mengungkap dan memperburuk kesenjangan dalam masyarakat Athena. Meskipun penyakit ini sendiri tidak membeda-bedakan orang kaya dan orang miskin, akan tetapi dengan terbatasnya akses terhadap sumber daya dan seringkali hidup dalam kondisi yang sempit, masyarakat miskin di kota ini sangat rentan.
Ikatan masyarakat yang menyatukan polis mulai melemah, dengan penjarahan, kekerasan, dan pengabaian terhadap hukum dan ketertiban yang semakin sering terjadi.
Kepemimpinan Pericles Mengorbankan Nyawanya
Pericles adalah tokoh penting dalam politik dan budaya sejarah kota Athena Yunani kuno. Dia memimpin urusan kota pada salah satu periode paling penuh gejolak.
Kepemimpinannya ditandai dengan visi dan ambisi telah mengubah Athena menjadi pusat seni, filsafat dan demokrasi. Namun, pecahnya Wabah Athena menguji keberanian kepemimpinannya dengan cara yang tidak pernah dilakukan oleh konfrontasi militer dan persaingan politik.
Sebelum wabah merebak, Pericles telah merencanakan arah strategis bagi Athena dalam Perang Peloponnesia. Strateginya yang sering disebut "Strategi Periclean", dibangun berdasarkan supremasi angkatan laut kota dan melibatkan menghindari pertempuran darat dengan tentara Spartan yang tangguh.
Sebaliknya, ia menganjurkan pendekatan defensif, dengan membawa penduduk pedesaan ke dalam tembok kota dan mengandalkan angkatan laut untuk menjaga jalur pasokan tetap terbuka dan melancarkan serangan angkatan laut ke wilayah musuh.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR