Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah dunia, peradaban kuno telah menggunakan berbagai cara cerdik untuk menciptakan pigmen untuk mewarnai—baik untuk mewarnai pakaian, benda, maupun bangunan. Meskipun beberapa pigmen benar-benar menakjubkan dan mencolok, namun tidak sedikit yang mematikan.
Sebelum periode modern awal, sebagian besar pigmen diperoleh dari sumber alami, baik yang berasal dari organik maupun anorganik. Dengan munculnya revolusi ilmu pengetahuan dan industri, jangkauan pigmen sintetis meningkat pesat.
Timah merah untuk potret dan lukisan dinding
Timbal putih bukan satu-satunya pigmen yang mengandung timbal dalam sejarah dunia. Pigmen lain dengan unsur kimia ini adalah timbal merah, yang memiliki rumus kimia Pb3O4. Pigmen ini disebut juga minium, yang berasal dari Sungai Minius di barat laut Spanyol.
Dari sanalah mineral minium alami ditambang pada zaman kuno. Penggunaan timbal merah alami dihentikan setelah bentuk pigmen sintetis ditemukan.
Vitruvius, arsitek Romawi kuno, melaporkan bahwa timbal merah ditemukan secara kebetulan ketika timbal putih dibuang ke dalam api. Ia mencatat bahwa produk sintetis jauh lebih baik daripada produk alami. Timbal merah sintetis juga diproduksi di Kekaisaran Tiongkok sejak Dinasti Han. Namun tidak ada bukti bahwa bentuk alami pigmen ini pernah digunakan di sana.
Contoh paling awal penggunaan timah merah secara langsung berasal dari Mesir. Pigmen ini ditemukan telah diterapkan pada potret mumi Fayum, yang berasal dari abad ke-2 dan ke-4 Masehi. Penggunaan timah merah juga diidentifikasi di wilayah timur, misalnya pada lukisan dinding di Tiongkok tengah (abad ke-5 dan ke-9 M). Juga lukisan dinding Buddha dari Afghanistan (abad ke-6 M).
Pada zaman dahulu, timbal merah sering digunakan untuk memalsukan cinnabar, pigmen mematikan lainnya.
Salah efek samping timbal pada kesehatan adalah terjadinya gangguan sistem saraf.
Kuning Napoli
Pigmen berbahaya lainnya yang mengandung timbal adalah timbal antimonat kuning, juga dikenal sebagai kuning Napoli. Pigmen tersebut memiliki rumus kimia berikut, Pb3(SbO4)2 dan merupakan garam dari dua logam yang sangat beracun, timbal dan antimon. “Oleh karena, pigmen ini sangat beracun,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.
Kuning Napoli awalnya digunakan di Mesir kuno dan Mesopotamia sebagai pewarna kuning dan opacifier pada gelas dan glasir.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR