Karena pigmen ini digunakan dalam produk sehari-hari, maka lebih banyak orang yang berisiko mengalami keracunan. Hal ini tidak terbatas pada mereka yang menggunakan produk-produk yang mengandung arsenik, tetapi juga mereka yang terlibat dalam produksinya.
Kematian Matilda Scheurer, pembuat bunga London abad ke-19, dipublikasikan secara luas. Publikasi itu menyoroti bahaya arsenik dalam pigmen hijau ini. Saat itu, bunga tiruan sedang digemari dan daun tiruan ditaburi bubuk hijau agar terlihat lebih alami dan realistis.
Para pekerja di pabrik-pabrik bunga tiruan juga terpapar arsenik. Arsenik masuk ke tubuh mereka melalui penghirupan. Otopsi Scheurer menunjukkan bahwa arsenik yang dihirupnya telah mencapai organ internalnya, yaitu perut, hati, dan paru-parunya. Arsenik telah menghancurkannya dari dalam ke luar.
Kemungkinan korban lain dari Scheele's Green adalah Napoleon Bonaparte. Setelah kekalahannya dalam Pertempuran Waterloo pada tahun 1815, kaisar Prancis diasingkan ke Saint Helena. Di pulau itu, ia tinggal di sebuah ruangan bercat hijau.
Beberapa pihak berspekulasi bahwa arsenik dari kertas dinding itulah yang menyebabkan kematiannya.
Vermilion yang mengandung merkuri beracun
Timbal bukan satu-satunya unsur kimia yang berbahaya bagi manusia. Merkuri adalah unsur lain yang dikenal saat ini karena sifat mematikannya. Merkuri ditemukan di cinnabar, mineral yang digunakan pada zaman kuno untuk menghasilkan pigmen merah terang atau tua (vermilion).
Merkuri ada dalam tiga bentuk, yaitu unsur, organik, dan anorganik. Merkuri yang ditemukan di cinnabar bersifat anorganik dan merupakan bentuk yang paling tidak berbahaya dari ketiganya. Meskipun demikian, bahan ini tetap beracun dan dapat masuk ke dalam tubuh.
Gejala keracunan merkuri pada orang dewasa antara lain kelemahan otot, kurangnya koordinasi, serta kesulitan berbicara dan mendengar. Anak-anak yang terpapar merkuri kadar tinggi mungkin mengalami keterbelakangan dalam perkembangan bicara dan bahasa, kognisi, dan kesadaran visual-spasial.
Terlepas dari toksisitasnya, cinnabar digunakan untuk produksi vermilion sejak zaman kuno. Sebagai contoh, cinnabar dikatakan telah digunakan pada pemakaman di Tiongkok awal.
Selama Dinasti Shang dan Zhou, cinnabar tersebar di kuburan. Orang Tiongkok kuno meyakini jika cinnabar mampu mengawetkan jenazah. Cinnabar juga merupakan mineral penting dalam alkimia Tiongkok kuno. Cinnabar menjadi salah satu bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan batu bertuah legendaris.
Cinnabar juga dikenal orang Romawi kuno. Vitruvius, misalnya, menulis tentang proses pembuatan vermilion dari cinnabar. Menurut penulis kuno, mineral yang diekstraksi terlebih dahulu dikeringkan dan dihancurkan. Setelah itu dicuci dan dipanaskan berulang kali untuk menghilangkan kotoran dan menonjolkan warnanya.
Setelah pigmen siap, pigmen tersebut dapat digunakan untuk mewarnai plesteran dinding interior yang telah dipoles. Pigmen ini stabil selama tidak terkena sinar matahari. Paparan sinar matahari menyebabkan reaksi kimia pada pigmen yang mengakibatkan hilangnya warna. Oleh karena itu, vermilion berubah dari warna aslinya yang merah cerah menjadi cokelat, hitam, atau abu-abu seiring berjalannya waktu.
Vermilion sintetis muncul pada abad ke-8 M dan diperkirakan proses tersebut ditemukan oleh orang Tiongkok. Kemungkinan besar pengetahuan ini dibawa ke Barat oleh orang-orang Arab. Berabad-abad setelah penemuannya, vermilion sintetis banyak digunakan sebagai pigmen oleh seniman Barat.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR