Timbal putih merupakan favorit di kalangan pelukis Eropa. Namun yang lebih tragis, bahan ini digunakan oleh orang Mesir kuno, Yunani, dan Romawi dalam pembuatan salep dan kosmetik. Tentu saja, penggunaannya memiliki konsekuensi yang mengerikan.
Timbal putih sangat berbahaya bagi manusia dan hewan. Timbal ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui salah satu dari tiga cara – inhalasi, penyerapan kulit, dan konsumsi.
Gejala keracunan timbal bervariasi tergantung pada kelompok umur. Misalnya, orang dewasa yang terpapar timbal akan mengalami sakit kepala, sakit perut, nyeri sendi dan otot, serta tekanan darah tinggi. Sedangkan anak-anak mungkin mengalami keterlambatan perkembangan, kesulitan belajar, dan penurunan berat badan.
Timbal putih digunakan oleh pelukis Eropa jauh setelah periode Klasik. Pigmen ini sangat penting hingga abad ke-19. Faktanya, timbal putih merupakan satu-satunya pigmen putih yang digunakan dalam lukisan kuda-kuda Eropa. Baru pada abad ke-20 pigmen putih alternatif, putih titanium dioksida, tersedia bagi para pelukis.
Arsenik hijau: pigmen yang mematikan
Pigmen mematikan ini tidak ada di dunia kuno dan baru ditemukan pada abad ke-18. Nama Scheele's Green diambil dari nama penemunya, Carl Wilhelm Scheele. Ia adalah seorang ahli kimia Swedia yang sedang melakukan penelitian tentang arsenik pada saat itu.
Scheele pertama kali memproduksi pigmen hijau sintetis ini pada tahun 1775.
Sebelum penemuan Scheele's Green, warna hijau berasal dari pigmen tembaga karbonat, termasuk verdigris dan perunggu. Namun, dibandingkan dengan Scheele's Green, pigmen hijau ini lebih kusam dan kurang tahan lama. Selain itu, pigmen hijau Scheele lebih meniru warna hijau dedaunan dibandingkan pigmen lama.
Terakhir, Scheele's Green murah dan mudah dibuat. Oleh karena itu, Scheele's Green menggantikan pigmen hijau tua segera setelah penemuannya. Pigmen hijau baru ini tidak hanya digunakan untuk lukisan, tetapi juga untuk berbagai produk sehari-hari. Misalnya kertas dinding, kain, dan bahkan beberapa mainan anak-anak.
Namun popularitas Scheele's Green tidak bertahan lama. Hal ini bukan karena beracun, tetapi karena penemuan pigmen hijau lainnya, hijau zamrud, juga dikenal sebagai hijau Paris. Pigmen ini ditemukan pada tahun 1808 dan dimaksudkan sebagai penyempurnaan dari Scheele's Green.
Memang benar, ia dengan cepat menggantikan Scheele's Green ketika tersedia secara komersial pada tahun 1814. Seperti Scheele's Green, hijau zamrud sarat dengan arsenik.
Tidak jelas kapan tepatnya Scheele's Green tidak lagi digunakan. Sementara hijau zamrud terus digunakan sebagai pigmen hingga tahun 1960an di Eropa dan Amerika Serikat.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR