Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa kota megah yang pernah menjadi pusat kekuasaan Romawi Timur itu kini dikenal sebagai Istanbul?
Dalam perjalanan sejarah dunia, nama-nama kota seringkali berubah seiring dengan pergantian zaman dan penguasa. Konstantinopel dan Istanbul, dua nama yang merujuk pada kota yang sama, menyimpan kisah panjang tentang peradaban dan kekuasaan yang silih berganti.
Kota yang terletak di pertemuan antara benua Eropa dan Asia ini telah menyaksikan begitu banyak peristiwa bersejarah. Dari kejayaan Kekaisaran Romawi hingga kebangkitan Kekaisaran Ottoman, Konstantinopel selalu menjadi pusat perhatian dunia.
Namun, mengapa nama Istanbul kemudian lebih populer digunakan? Apakah ada alasan khusus di balik perubahan nama ini?
Artikel ini akan mengajak Anda untuk menjelajahi perjalanan waktu dan mengungkap misteri di balik perubahan nama kota yang begitu ikonik ini.
Jembatan benua yang menempa sejarah
Terletak di titik temu antara Eropa dan Asia, Istanbul adalah sebuah kota kosmopolitan yang kaya akan sejarah dan budaya. Posisi geografisnya yang unik ini telah menjadikannya saksi bisu peradaban-peradaban besar yang pernah berjaya di dunia.
Sebagai satu-satunya megapolis yang membentang di dua benua, Istanbul menawarkan perpaduan unik antara tradisi Timur dan modernitas Barat.
Anda mungkin bertanya-tanya, kapan tepatnya nama kota megah ini berubah dari Konstantinopel menjadi Istanbul? Jawabannya mungkin akan mengejutkan Anda.
Sebab, meskipun kota ini jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453, perubahan nama secara resmi tidak terjadi pada saat itu. Selama berabad-abad, nama "Konstantinopel" terus digunakan dalam berbagai dokumen resmi Kesultanan Utsmaniyah.
"Faktanya, orang-orang Ottoman menyebut Istanbul sebagai 'Kostantiniyye', di antara nama-nama lainnya, dalam ribuan dokumen resmi mereka," ungkap Christoph Herzog, ketua studi Turki di Universitas Bamberg, Jerman, seperti dilansir Live Science.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Kenapa Kekaisaran Islam Ingin Taklukkan Konstantinopel?
Transformasi nama kota
Jauh sebelum dikenal dengan nama megah Konstantinopel, kota yang kini kita kenal sebagai Istanbul telah mengalami berbagai perubahan nama.
Perjalanan panjangnya dimulai pada tahun 657 SM ketika bangsa Yunani mendirikan permukiman di sana dan menamainya Bazantion (juga dieja Byzantion). Nama ini kemudian mengalami sedikit perubahan menjadi Byzantium dalam bahasa Latin.
Seiring berjalannya waktu, kota ini juga pernah menyandang gelar Roma Baru dan Augusta Antonina, untuk menghormati putra seorang kaisar Romawi – belum lagi julukan-julukannya seperti "Ratu Kota" atau singkatnya "Kota".
Perubahan nama yang paling signifikan terjadi pada sekitar tahun 330 M ketika Kaisar Romawi Konstantin Agung memutuskan untuk memindahkan ibu kota kekaisaran ke kota ini.
Sebagai bentuk penghormatan kepada dirinya sendiri, ia pun menamainya Konstantinopel. Nama inilah yang bertahan selama berabad-abad hingga akhirnya digantikan oleh nama yang kita kenal sekarang.
Ketika Kesultanan Utsmaniyah menaklukkan Konstantinopel pada abad ke-15, perubahan nama tidak serta-merta terjadi. Meskipun begitu, penaklukan ini menandai pergeseran signifikan dalam peta politik dunia. Pusat kekuasaan bergeser ke arah timur, menjauhi Eropa.
"Saya pikir pentingnya strategis dan simbolis Istanbul sudah diakui bahkan saat itu, seperti yang dapat dilihat dari fakta bahwa itu dijadikan ibu kota baru Kekaisaran Ottoman," kata Herzog seperti dilansir dari laman Live Science.
Seiring berjalannya waktu, penduduk di wilayah kekuasaan Utsmaniyah mulai menyebut kota ini dengan sebutan "Istanpolin" yang dalam bahasa Turki berarti "ke kota". Penggunaan nama ini semakin populer dan menjadi panggilan sehari-hari bagi penduduk untuk merujuk pada pusat kekuasaan baru mereka.
Dari Istanpolin menuju Istanbul
Seiring berjalannya waktu, bahasa sehari-hari masyarakat mengalami evolusi, demikian pula dengan sebutan untuk kota megah ini. Bahasa sehari-hari berubah sedikit demi sedikit, dan Istanpolin akhirnya berkembang menjadi Istanbul.
Baca Juga: Byzas, Pendiri Bizantium yang Diceritakan dalam Mitologi Yunani
Perubahan besar terjadi pada awal abad ke-20. Setelah Perang Dunia I, Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan digantikan oleh Republik Turki pada tahun 1923. Dalam upaya membangun identitas nasional yang baru, pemerintah Turki melakukan berbagai reformasi, salah satunya adalah menyederhanakan dan membakukan bahasa Turki.
Pada tahun 1930, sebuah keputusan penting diambil. Layanan pos Turki secara resmi menetapkan "Istanbul" sebagai nama resmi kota yang sebelumnya dikenal sebagai Konstantinopel.
Keputusan ini kemudian diikuti oleh lembaga-lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, misalnya, mulai menggunakan nama "Istanbul" dalam komunikasi resmi mereka.
Merujuk pada uraian panjang di atas, maka dapat dikatakan bahwa menentukan tanggal pasti kapan Konstantinopel benar-benar berubah menjadi Istanbul adalah hal yang sulit.
Proses perubahan nama ini berlangsung secara bertahap dan melibatkan pergeseran penggunaan bahasa dalam masyarakat. Penggunaan "Istanbul" dan variasi-variasinya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat selama berabad-abad sebelum akhirnya diresmikan secara resmi.
Jejak sejarah panjang Istanbul dengan banyak nama tetap hidup dalam struktur budaya kota saat ini, kata Herzog. "Sebagai ibu kota sebuah kerajaan yang mencakup tiga benua selama berabad-abad, ada banyak kelompok orang yang tinggal di sana."
KOMENTAR