Nationalgeographic.co.id—Banyak sastra atau mitologi Yunanu Kuno menceritakan tentang Prometheus, salah satu dewa Yunani yang menantang dan mencuri api Zeus untuk umat manusia.
Carol Dougherty dalam bukunya Prometheus menjelaskan bahwa penyair Yunani bernama Hesiod meciptakan mitos Prometheus dalam karyanya yang berudul Theogony.
Lebih jauh, sejarawan Yunani Herodotus menyebutkan bahwa orang-orang Yunani belajar mengenai dewa-dewa mereka dari Homer dan Hesiod.
“Merekalah yang menciptakan teogoni bagi orang-orang Yunani, mereka menciptakan para dewa dan memberinya nama-nama serta kekuatan khusus,” ujar Herodotus.
Meskipun Homer tidak menyebutkan Prometheus, Hesiod sebaliknya memasukkan kisah Prometheus dalam dua karyanya, Theogony, sebuah puisi tentang asal usul para dewa serta dunia, dan Works and Days, sebuah puisi didaktik dalam tradisi sastra hikmat.
"Secara keseluruhan, puisi Hesiod menawarkan titik tolak yang jelas untuk studi Prometheus di dunia kuno serta penerimaannya di masa kini."
"Mereka menghadirkan Prometheus sebagai sosok penipu dan memantik orang-orang Yunani untuk berpikir tentang segala sifat dan kondisi manusia dalam segala kerumitan serta ambiguitasnya, lanjutnya."
Pemberian karunia api oleh Prometheus ke manusia dijadikan penanda oleh Hesiod untuk memisahkan kehidupan para dewa dan manusia serta menjelaskan mengapa kehidupan manusia sekarang diliputi penderitaan.
Terjepit di antara puisi Homer yang kaya dan zaman klasik dengan segala inovasinya, menjadikan Hesiod punya sumber daya langka dan peluang yang mungkin hanya tercipta untuknya.
Hesiod menggunakan pertarungan akal antara Prometheus dengan Zeus untuk membantu orang Yunani pada waktu itu memikirkan sebab musabab sulitnya kehidupan mereka.
Prometheus versi Hesiod menggambarkan eksistensi manusia sebagai kemerosotan dari hari-hari sebelumnya yang serba mudah dan melimpah ruah.
Baca Juga: Awal Mula Hercules Menggelar Olimpiade Pertama dalam Mitologi Yunani
Pengenalan sosok Pandora, dengan gucinya yang berisi kutukan dan sumber masalah, menegaskan juga betapa problematiknya peran perempuan dalam kehidupan manusia yang lebih luas.
Sebelum mengamati lebih dekat pada puisi Hesiod, kita perlu paham lebih jauh tentang karya-karya dan periode waktu di mana dia hidup.
Hesiod Semasa Hidup
Hesiod terkenal melalui puisi-puisinya dalam Works and Days, ayahnya berasal dari Kyme, sebuah kota di pantai Asia Kecil.
Hesiod keluar dari 'kemiskinan yang mengerikan' dan berlayar sebagai pedagang hingga berlabuh di Askra, sebuah desa di Boeotia barat.
Desa tersebut digambarkan oleh Hesiod sebagai tempat yang menyedihkan dengan musim panas menyengat dan musim dingin yang menggigit.
Hesiod mempersembahkan puisi tersebut untuk saudaranya, Perses, mendesaknya untuk berhenti bergaya hidup boros dan segera mencabut tuntutan hukum atas warisan ayah mereka serta memintanya untuk lebih baik menetap pada suatu pekerjaan yang menghasilkan.
Dalam Theogony, dia menggambarkan kesibukannya menggembala domba di Gunung Helikon.
Lantaran ‘otobiografi’ detail ini, Hesiod dan puisi-puisinya dianggap sebagai sesuatu yang sangat berbeda dari penyair anonim Homer. Hesiod menyuarakan aspirasi-aspirasi pribadinya, sehingga seolah-olah dia menyanyikan kehidupannya sendiri.
Meski begitu, teknik memunculkan ‘diri sendiri’ dalam puisi, sudah ada jauh sebelumnya.
Dalam setiap puisinya, Hesiod selalu menciptakan persona yang melintasi kesenjangan antara realitas sejarah dan fiksi puitis yang mampu membuat frustasi pembacanya, termasuk cendekiawan modern.
Baca Juga: Apa Arti Sebenarnya dari Burung Phoenix yang 'Kebal' akan Kematian?
Dalam Theogony, misalnya, Hesiod mengadopsi teknik penyair himne, sementara dalam Works and Days, dia menggabungkan suara otoritatif orang luar dengan peran tradisional umumnya untuk menyisipkan nasihat seperti dalam genre sastra hikmat.
Gregory Nagy bahkan mengungkap bahwa nama Hesiod merupakan etimologi yang artinya ‘dia yang bersuara’, yakni penyair bukan sebagai individu historis, melainkan sebagai sosok kolektif/umum yang mewujudkan kekuatan nyanyian Muses.
Dunia yang digambarkan Hesiod dalam Works and Days, dicirikan oleh raja-raja kuat yang 'melahap upeti' rakyat dan pertanian subsisten, sesuai dengan sedikit yang kita ketahui tentang dunia Yunani pada periode kuno, abad kedelapan hingga ketujuh SM.
Setelah periode Zaman Kegelapan, periode kuno ditandai dengan ramainya kontak antara kota-kota Yunani dan dunia Mediterania melalui perdagangan atau kolonialisasi.
Pergeseran orientasi dan skala ekonomi ini, membuat mereka yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, hal yang terlihat dalam Works and Days karya Hesiod.
Baik Theogony dan Works and Days, secara keseluruhan membawa kita melihat keunikan Prometheus dari zaman kuno.
Kisah pencurian api keabadian lalu pemberian hukuman oleh Zeus, memainkan peran penting dalam kedua puisi tersebut.
Keduanya dikisahkan dengan sedikit berbeda sesuai dengan pengaruh genre sastra yang umum pada waktu itu dan konteks sosial serta sejarahnya.
Terlepas dari perbedaannya, kedua kisah itu saling melengkapi dan menghadirkan potret Prometheus yang koheren sebagai sosok penipu yang melambangkan perjuangan manusia menjadikan dunia tempat yang lebih baik untuk dihuni pada waktu itu.
Selain itu, mitos Prometheus juga mengomentari kondisi manusia pada awal Yunani kuno.
Baca Juga: Apa Arti Sebenarnya dari Burung Phoenix yang 'Kebal' akan Kematian?
Theogony dirajut dari untaian-untaian mitos yang berbeda dan disajikan dalam kisah puitis maha luas mengenai asal-usul terciptanya alam semesta hingga diceritakan ulang dan diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
Sedangkan Works and Days, merupakan contoh ‘sastra hikmat,’ ditandai dengan adanya nasihat perihal perilaku umum yang dikombinasikan dengan kebenaran dan pengetahuan umum - semua diracik dalam cerita yang sebagian besarnya fiktif.
Dalam setiap konteks sastra yang sangat berbeda ini, Hesiod mengacu pada sosok Prometheus.
Meskipun aspek mitos yang disorot atau dipinggirkan berbeda dalam setiap puisi, garis besarnya sama.
Prometheus dalam Karya Hesiod
Dalam Theogony, Prometheus putra dari Iapetus sang Titan dengan Oceanid Klymene, mempunyai tiga saudara laki-laki.
Mereka yakni Menoitios, Atlas, dan Epimetheus, ketiganya dibuat menderita di tangan Zeus.
Hesiod memuliakan kebesaran Zeus dengan memperkenalkan Prometheus sebagai pribadi yang berani menandingi kecerdasan ilahiah Zeus, namun gagal.
Dia menceritakan, ketika para dewa dan manusia berkumpul di Mekone, Prometheus menyembelih seekor sapi besar dan membagi-bagikan dagingnya untuk para dewa dan manusia.
Dia menipu Zeus agar memilih tulang dan lemak, sehingga daging yang kaya gizi menjadi bagian yang dimakan oleh manusia.
Dan itulah mengapa, Hesiod menjelaskan, dalam suatu upacara pengorbanan, manusia mempersembahkan tulang dan lemak yang tidak bisa dimakan kepada para dewa dan menyimpan daging yang lezat untuk diri mereka sendiri.
Baca Juga: Selisik Anthesteria, Festival untuk Menghormati Dewa Dionisos
Zeus yang marah dengan tipu daya Prometheus, tak sudi memberi umat manusia "kekuatan api yang tidak pernah padam."
Prometheus kemudian mencuri kembali api keabadian untuk manusia, menyembunyikannya di dalam batang adas kosong.
Kemarahan Zeus semakin nyata ketika melihat api kembali menyala di antara manusia, ia menciptakan wanita pertama sebagai permulaan untuk membinasakan umat manusia.
Dalam Works and Days, karena "semua dewa memberikan sesuatu" untuk penciptaannya, Hesiod menamakannya Pandora.
Hephaestus menguleni tanah dan air dan memberinya suara serta bentuk yang indah; Athena mengajarkannya menjahit dan merajut; Aphrodite memberinya hasrat dan keanggunan, sementara Hermes memberinya "pikiran yang penuh intrik dan hati yang suka berdusta".
Setelah para dewa selesai menciptakan Pandora, Zeus memerintahkan Hermes untuk menghadiahkannya kepada saudara Prometheus yang lambat berpikir, Epimetheus.
Ephimetheus lupa bahwa Prometheus sudah memperingatkannya terlebih dahulu untuk tak menerima hadiah dari Zeus.
Sebagai hasilnya, kini kehidupan manusia diliputi penderitaan, karena Pandora menyebarkan kesedihan dan kesulitan yang awalnya di simpannya dalam kotak ke seluruh bumi.
Dalam kotak itu hanya tersisa harapan, yang tidak dapat terbang keluar sebelum Pandora menutupnya.
Akibatnya, Hesiod menyimpulkan, "daratan bumi penuh dengan hal-hal jahat dan begitu juga lautannya".
Mitologi Yunani yang kaya dengan berbagai macam cerita ternyata mengaarkan berbagai maka tersembunyi mengeai hidup manusia, termasuk penderitaan yang sekarang dialami manusia. ***
Baca Juga: Prometheus vs Zeus: Pertarungan Logika dalam Mitologi Yunani Kuno
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR