Ciri khas lain dari primata adalah kuku pipih pada jari-jarinya. Hal ini berbeda dengan mamalia lain yang umumnya memiliki cakar atau kuku yang lebih melengkung. Bahkan pada primata yang memiliki cakar, seperti beberapa lemur dan tarsius, mereka tetap memiliki kuku pipih pada jempol kakinya (hallux).
Jempol kaki ini, kecuali pada manusia, terpisah dari jari-jari kaki lainnya dan dapat dirapatkan bersama untuk membentuk penjepit. Penjepit ini berguna untuk memegang objek seperti cabang pohon saat memanjat.
Namun, kemampuan tangan untuk menggenggam objek dengan presisi tidak dimiliki oleh semua primata. Hanya kera Dunia Lama (termasuk monyet Dunia Lama, kera besar, dan manusia), serta beberapa lemur dan loris, yang memiliki jempol yang bisa berlawanan dengan jari-jari lainnya.
Meskipun kaki berpegangan tidak eksklusif dimiliki oleh primata, kehadirannya pada banyak primata menunjukkan adaptasi mereka terhadap kehidupan arboreal (di pepohonan).
Tupai dan opossum, yang juga hidup di pepohonan, memiliki kemampuan serupa. Ciri ini mendukung dugaan bahwa primata berevolusi dari nenek moyang yang hidup di pepohonan.
Selain kaki berpegangan, primata memiliki ciri khusus lainnya yang mendukung kehidupan arboreal. Mereka memiliki reseptor sentuhan yang sensitif (corpus Meissner) di tangan dan kaki, yang tidak ditemukan pada mamalia plasenta lain. Kepekaan sentuhan yang tinggi ini penting untuk navigasi yang aman dan akurat di antara cabang-cabang pohon.
Ciri lain yang dimiliki primata dan banyak mamalia arboreal lainnya adalah dermatoglifi, yaitu tonjolan kulit yang kita kenal sebagai sidik jari. Meskipun fungsinya pada primata belum sepenuhnya dipahami, dermatoglifi mungkin berperan dalam meningkatkan cengkeraman saat memanjat.
Sayangnya, keberlangsungan hidup primata saat ini terancam. Populasi sekitar 75% spesies primata mengalami penurunan, dan lebih dari setengahnya dikategorikan sebagai spesies terancam atau bahkan telah punah.
Ancaman terbesar bagi primata adalah kerusakan dan hilangnya habitat akibat aktivitas manusia seperti penebangan hutan, pertambangan, perluasan kota, dan konversi lahan alami menjadi pertanian dan peternakan.
Selain kehilangan habitat, primata juga menghadapi ancaman dari perburuan, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan.
Perdagangan ilegal bagian tubuh primata, seperti kulit atau organ tubuh, juga menjadi masalah serius. Selain itu, beberapa spesies primata rentan terhadap penyakit yang menular dari manusia.
Baca Juga: Dunia Hewan: Bagaimana Pygmy Marmoset Bisa Jadi Monyet Terkecil di Dunia?
KOMENTAR