Departemen Pertanian AS melalui Layanan Pertanian Luar Negeri memprediksi produksi kopi global akan mencapai 171,4 juta kantong (yang masing-masing memiliki berat 60 kilogram) pada tahun 2023-2024.
Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 6,9 juta kantong dari tahun sebelumnya, sementara konsumsi global diperkirakan meningkat menjadi rekor tertinggi, yaitu 169,5 juta kantong.
Stok akhir diperkirakan akan terus menurun hingga mencapai titik terendah dalam 12 tahun, yakni 26,5 juta kantong, menurut lembaga tersebut.
India memberi titik cerah
Di tengah tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak, India muncul sebagai contoh inspiratif dalam dunia kopi. Hanna Neuschwander, seorang ahli kopi, menyoroti bagaimana petani kopi di India telah mengembangkan cara-cara cerdas untuk beradaptasi dengan kondisi yang semakin sulit.
"Petani kopi India sangat inovatif," ujar Neuschwander. Mereka menerapkan teknik pertanian yang disebut agroforestri, yaitu menanam berbagai jenis tanaman dalam satu lahan. Misalnya, mereka menanam pohon kopi bersamaan dengan tanaman rempah-rempah yang bernilai tinggi dan jenis tanaman lainnya.
Kenapa metode ini penting? Dengan menanam berbagai jenis tanaman, tanah menjadi lebih subur, air terjaga dengan baik, dan tanaman kopi pun lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Selain itu, petani juga mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil panen tanaman lainnya.
"Karena sering menghadapi serangan penyakit, petani kopi India terpaksa terus berinovasi," lanjut Neuschwander. "Mereka harus pintar-pintar memilih jenis tanaman yang cocok ditanam bersama kopi. Meskipun kopi India belum sepopuler kopi dari negara lain, tapi upaya yang dilakukan petani di sana sangat patut diapresiasi."
Hadirnya kopi tanpa biji
Di tengah krisis iklim yang semakin terasa, muncul inovasi baru di dunia kopi. Salah satunya adalah Atomo, sebuah perusahaan asal Seattle yang menawarkan cara baru untuk menikmati secangkir kopi.
Andy Kleitsch, pendiri Atomo, menceritakan bahwa ia terinspirasi untuk membuat kopi yang lebih ramah lingkungan. "Saya melihat bahwa kopi tradisional menghadapi banyak masalah, mulai dari kerusakan lingkungan hingga dampak perubahan iklim," ujar Kleitsch.
Atomo berhasil menciptakan espresso tanpa biji pertama di dunia. Kopi buatan Atomo ini tidak menggunakan biji kopi sama sekali, melainkan bahan-bahan alami lainnya yang kaya akan nutrisi dan mudah didapat. Perusahaan ini berhasil mengidentifikasi 28 senyawa yang memberikan rasa khas kopi, lalu mereplikasinya menggunakan bahan-bahan alami.
"Dengan memanfaatkan senyawa kopi dari bahan daur ulang dan sumber alami yang lebih berkelanjutan, kami menghindari dampak buruk yang biasanya ditimbulkan oleh kopi tradisional terhadap planet. Atomo tidak berkontribusi pada deforestasi, dan bahan-bahan kami tidak memengaruhi hutan hujan," ungkap Kleitsch.
Kleitsch yakin bahwa semakin banyak orang yang akan tertarik dengan kopi tanpa biji. Dirinya meyakini bahwa seiring berjalannya waktu, orang-orang akan semakin sadar akan dampak lingkungan dari kebiasaan minum kopi mereka. Kopi tanpa biji bisa menjadi pilihan yang lebih baik bagi mereka yang ingin menikmati kopi sambil tetap peduli pada lingkungan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR