"Dengan demikian, Tefnut bukan sekadar dewi hujan, melainkan penjaga kehidupan itu sendiri, memastikan bahwa Mesir tetap makmur dan terlindungi di bawah kuasa air yang ia bawa," jelasnya.
Apakah Tefnut dan Sekhmet Dewi yang Sama?
Pertanyaan tentang apakah Tefnut dan Sekhmet adalah dewi yang sama sering muncul dalam diskusi mitologi Mesir. Keduanya memang memiliki kemiripan dalam ikonografi Mesir kuno, terutama karena sering digambarkan sebagai wanita berkepala singa betina. Namun, peran dan simbolisme mereka berbeda.
Sekhmet adalah dewi perang, pelindung Ra, dan simbol pembalasan ilahi. Ia dikenal sebagai “Mata Ra,” manifestasi murka dewa matahari yang dikirim untuk menghukum umat manusia.
Di sisi lain, Tefnut lebih terkait dengan kelembapan, hujan, dan kesuburan, menjadikannya simbol kehidupan dan kesuburan alami. Meski demikian, Tefnut juga disebut sebagai “Mata Ra,” yang mencerminkan kekuatan ilahi yang melindungi dan memelihara.
Tampilan dan Simbolisme Tefnut
Tefnut biasanya digambarkan dengan kepala singa betina, telinga runcing, dan hiasan kepala datar dengan cakram surya di atasnya, diapit dua ular kobra yang saling berlawanan.
Ia memegang tongkat kekuasaan di tangan kanan dan Ankh, simbol kehidupan, di tangan kiri. Dalam beberapa penggambaran, ia muncul sebagai ular berkepala singa, menyoroti sisi amarahnya yang penuh kekuatan.
Simbol-simbol Tefnut mencerminkan dualitas sifatnya. Singa betina melambangkan kekuatannya sebagai pelindung dan penguasa padang pasir yang ganas, sementara Ankh menunjukkan kemampuannya membawa kehidupan melalui air yang ia kendalikan.
Cakram surya mempertegas hubungannya dengan Ra dan kekuasaan kosmis, sementara ular kobra melambangkan perlindungan dan pertahanan.
Sebagai dewi kelembapan, Tefnut juga terhubung dengan air tawar dan oasis, mencerminkan pemberian hidup di tengah kondisi gurun yang keras. Peran ini membuatnya menjadi figur penting dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan di Mesir kuno.
Baca Juga: Firaun Sneferu Menghirup Kekuatan Ilahi Sekhmet, Siapa Dewi Ini?
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR