Dengan melakukan lompatan langsung ke teknologi energi bersih, negara-negara Global Selatan tidak hanya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan, tetapi juga dapat meningkatkan akses energi bagi jutaan penduduk yang masih belum terlayani.
Investasi dalam solusi energi hijau di negara-negara berkembang ini bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan.
Dengan mendorong pengembangan infrastruktur energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga surya dan angin, kita tidak hanya berkontribusi pada upaya global dalam membatasi kenaikan suhu bumi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktivitas ekonomi, dan memperbaiki kualitas udara.
Selain itu, investasi di sektor energi bersih juga dapat mendorong inovasi teknologi dan menciptakan peluang bisnis baru yang menjanjikan.
5. Urgensi transisi energi di Asia
Benua Asia, yang menaungi lebih dari separuh populasi global, saat ini berada di garis depan dalam menghadapi tantangan krisis iklim. Kontribusinya terhadap emisi global yang melampaui setengahnya menjadikan kawasan ini sebagai pusat perhatian dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Pada Forum August Leadership Meetings, para pemimpin dunia telah melontarkan usulan yang sangat krusial. Usulan ini mencakup perluasan akses terhadap pembiayaan energi bersih, percepatan adopsi kendaraan listrik, serta percepatan penghentian operasional pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU).
Lebih jauh lagi, para pemimpin menekankan peran penting filantropi dalam mendorong investasi guna memperluas skala penerapan solusi-solusi tersebut.
"Pembangkit batu bara di Asia akan menghabiskan sisa anggaran karbon jika dibiarkan beroperasi hingga akhir masa ekonomisnya," ujar Utusan Khusus PBB untuk Aksi dan Keuangan Iklim, Mark Carney.
"Membiayai penghentian operasi dini mereka akan membutuhkan keuangan bauran dan kredit transisi energi yang didukung oleh pasar karbon sukarela dengan integritas tinggi."
Ia menambahkan, "Para filantropis dapat memainkan peran penting dengan modal katalitik dan dukungan bagi pekerja serta masyarakat untuk memastikan transisi yang adil."
Baca Juga: Mars Terus 'Menarik' Bumi ke Arah Matahari, Apa Dampaknya bagi Kita?
6. Membuka peluang tak terbatas ekonomi kelautan
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya alam yang semakin mendesak, lautan telah muncul sebagai salah satu aset paling berharga yang dimiliki umat manusia.
Lebih dari sekadar hamparan air luas, lautan berperan sebagai regulator iklim global, penopang keanekaragaman hayati, dan sumber pangan bagi miliaran orang.
Potensinya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi pun tak terbantahkan, melalui sektor perikanan berkelanjutan, pariwisata bahari, dan energi kelautan terbarukan.
"Menyadari peran penting lautan, kami meluncurkan Komunitas Blue Oceans tahun ini untuk mendorong aksi berdampak bagi konservasi dan penggunaan sumber daya laut, samudera, dan kelautan yang berkelanjutan di Asia," ujar Lim Seok Hui, CEO Aliansi Filantropi Asia.
"Melalui inisiatif seperti meningkatkan perlindungan laut bersamaan dengan pengelolaan perikanan berkelanjutan, memajukan solusi karbon biru, dan melakukan survei keanekaragaman hayati laut yang penting, komunitas ini mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mengamankan ekonomi biru yang berkelanjutan.
"Kami mengundang lebih banyak anggota dan mitra untuk bergabung dengan kami dalam memajukan misi kolektif ini dan memperkuat dampak bagi lautan kita."
Pada Forum’s August Leadership Meetings, sebuah gagasan menarik muncul: pembentukan dana investasi usaha kelautan. Dana ini diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mengarahkan aliran modal ke sektor kelautan, menarik minat investor institusional, dan memperkuat kontribusi filantropi.
"Inisiatif GAEA World Economic Forum menciptakan kemitraan yang hebat antara para filantropi, pemerintah, dan bisnis untuk memberikan dampak katalitik yang besar.
"Saya mengalaminya dengan inisiatif OceanX saya yang bekerja sama dengan orang lain untuk mendukung inovasi dan konservasi kelautan, dan sebagai salah satu ketua komite, saya melihatnya terjadi di beberapa area lain," ujar Ray Dalio, pendiri Dalio Family Office.
KOMENTAR