Kini terapi yang digunakan bersifat sintomatik, seperti pemberian antibiotik untuk demam atau rehidrasi untuk mengatasi dehidrasi. Penelitian di Australia sedang mengevaluasi efektivitas terapi sintomatik untuk HMPV serta kemungkinan pengembangan terapi spesifik.
Di Indonesia, penelitian mengenai HMPV masih terbatas. Menurut Telly, terdapat peluang besar untuk mengembangkan riset dalam berbagai aspek.
“Kita perlu meneliti faktor risiko, prognosis, hingga pola penyebarannya dengan mempertimbangkan karakter geografi Indonesia. Selain itu, penelitian klinis terkait efektivitas terapi simptomatik atau pengembangan obat dan vaksin sangat diperlukan,” ujarnya.
Terkait vaksin, Telly menyebutkan bahwa saat ini belum ada vaksin khusus HMPV yang dikembangkan di Indonesia. Namun, ia optimistis bahwa BRIN dapat memimpin upaya ini.
“Belajar dari pengembangan vaksin COVID-19, kita bisa mempercepat prosesnya jika ada dukungan dan kolaborasi yang kuat. Selain vaksin, pengembangan alat diagnostik seperti rapid test juga diperlukan agar daerah terpencil dengan fasilitas kesehatan terbatas dapat mendeteksi HMPV secara cepat,” tambahnya.
Telly menyoroti pentingnya penelitian terkait HMPV di Indonesia. Menurutnya, penelitian ini masih sangat minim. “Kita perlu mengetahui apakah subtipe HMPV yang beredar di Indonesia adalah tipe A, tipe B, atau bahkan ada mutasi baru. Penelitian ini akan membantu kita mengidentifikasi faktor risiko dan merancang langkah pencegahan yang lebih efektif,” ujarnya.
Maka dari itu, Telly juga menjelaskan bahwa penelitian kolaboratif antara fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit dengan unit penelitian (CRU), dan peneliti BRIN dapat menjadi langkah strategis untuk memahami lebih jauh tentang HMPV. Ia pun mendorong adanya kolaborasi antara BRIN dan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, untuk mendalami penelitian HMPV.
“Potensi penelitian masih sangat luas, termasuk dampak ekonomi dan psikososialnya," ujarnya. "Ini peluang besar bagi peneliti di Indonesia untuk berkontribusi."
Idulfitri dan Kesehatan Mental: Ketika Kumpul Keluarga Malah Memicu Stres, Apa yang Salah?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR