Selain itu, pada kadar karbon dioksida yang lebih tinggi, tanaman ini menyerap lebih sedikit air, "yang berarti mereka juga menyerap lebih sedikit mikronutrisi dari tanah," kata Ebi.
Percobaan yang dijelaskan dalam jurnal Science Advances tahun 2018 mengonfirmasi bahwa kadar protein, zat besi, seng, dan beberapa vitamin B menurun pada 18 jenis beras setelah terpapar kadar karbon dioksida yang lebih tinggi.
Ancaman Serius bagi Kesehatan Masyarakat
Perlu diingat, buah, sayur, dan biji-bijian utuh tetaplah makanan paling sehat di dunia. Namun, konsumen mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang mereka harapkan dari makanan nabati.
Jika penurunan nutrisi ini terus berlanjut, beberapa orang berisiko mengalami kekurangan nutrisi tertentu atau kesulitan melindungi diri dari penyakit kronis melalui makanan sehat, kata para ahli.
Meskipun penurunan nutrisi ini berdampak pada semua orang, beberapa kelompok lebih rentan terkena dampaknya.
"Gandum dan beras menyumbang lebih dari 30 persen kalori yang dikonsumsi di seluruh dunia," kata Ebi.
"Siapa pun yang mengandalkan biji-bijian ini, terutama masyarakat berpenghasilan rendah, bisa terkena dampak penurunan protein, vitamin B, dan mikronutrisi. Perubahan pola makan ini bisa menyebabkan kekurangan gizi, seperti anemia kekurangan zat besi pada wanita dan anak perempuan," tambah Ebi.
Penurunan nutrisi sangat mengkhawatirkan di negara-negara yang sudah mengalami masalah kerawanan pangan, tambah Chase Sova, direktur senior kebijakan publik dan penelitian di World Food Program USA.
"Sekitar tiga miliar orang di dunia, kebanyakan di negara berpenghasilan rendah dan menengah, kesulitan mendapatkan makanan sehat secara rutin. Setidaknya dua miliar orang mengalami kelaparan tersembunyi, yaitu kekurangan mikronutrisi penting dalam makanan mereka," kata Sova.
"Kelompok ini sangat rentan terhadap penurunan nutrisi dalam makanan nabati."
Selain nilai gizi, makanan dengan nutrisi yang lebih sedikit juga mungkin kehilangan rasa. Banyak senyawa yang melindungi kesehatan juga memberikan rasa pada makanan.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR