Nationalgeographic.co.id—Selama jutaan tahun, burung mengembangkan ciri-ciri khas, seperti bulu dan sepasang sayap, yang secara kolektif membedakan mereka dari hewan lain yang hidup saat ini.
Ciri-ciri burung yang kurang terlihat biasanya meliputi kerangka berongga, otak yang relatif besar dibandingkan dengan ukuran kepalanya, dan berdarah panas.
Spesies burung yang masih hidup juga tidak memiliki gigi, meskipun beberapa spesies yang sering hidup di air (seperti angsa) memiliki tonjolan pada paruhnya. Tonjolan ini dapat berfungsi sama seperti gigi biasa yang dapat membantu burung untuk memegang mangsa yang licin.
Semua ciri ini muncul pada titik yang berbeda dalam sejarah evolusi burung, sehingga menyulitkan para ilmuwan untuk menentukan secara spesifik burung pertama.
Misalnya saja, burung tampaknya telah mengembangkan paruh yang sama sekali tidak bergigi sekitar 120 juta tahun yang lalu, yang relatif terlambat dalam sejarah evolusi mereka. Ciri-ciri lain seperti kerangka berongga mungkin muncul sekitar 100 juta tahun sebelumnya.
Profesor Daniel Field, seorang paleontologi yang mempelajari sejarah evolusi burung, mengatakan kombinasi ciri-ciri ini memungkinkan kita mengenali burung sebagai makhluk yang berbeda dari kelompok hewan hidup lainnya.
Hewan mirip burung yang paling awal
Banyak ilmuwan kini meyakini bahwa ciri burung yang paling menonjol (bulu) berevolusi pada dinosaurus non-unggas jauh sebelum burung paling awal.
Hewan pertama yang digambarkan oleh para ilmuwan sebagai mirip burung adalah dinosaurus berbulu. Mereka diperkirakan muncul sekitat 165 hingga 150 juta tahun yang lalu. Mereka berevolusi dalam kelompok dinosaurus yang disebut theropoda.
Theropoda sendiri dicirikan memiliki tiga jari kaki yang menghadap ke depan dan berjalan dengan dua kaki. Selain nenek moyang burung, kelompok ini juga mencakup dinosaurus karnivora terkenal seperti Tyrannosaurus rex dan Velociraptor.
Dilansir laman Natural History Museum, Archaeopteryx masih dikenal luas sebagai burung pertama, meskipun banyak ilmuwan yang membantah sebutan ini. Meskipun Archaeopteryx memiliki unsur-unsur yang sangat mirip burung, seperti bulu dan tulang selangka, ia juga memiliki banyak karakteristik yang tidak kita lihat pada burung yang masih hidup. Ini termasuk gigi yang tajam dan runcing, ekor yang panjang dan bertulang, dan cakar yang panjang di tangannya.
Baca Juga: Satu-satunya yang Tersisa, Bagaimana Dinosaurus Berevolusi Menjadi Burung?
Ada juga perdebatan tentang apakah Archaeopteryx benar-benar bisa terbang atau hanya meluncur. Namun, satu hal yang pasti bahwa Archaeopteryx, meskipun jelas mirip burung, ia berada di luar kelompok burung modern.
"Meskipun Anda tidak dapat dengan jelas menyebut Archaeopteryx sebagai burung, ia dengan jelas merupakan dinosaurus," kata Daniel.
"Karena beberapa cirinya sama dengan ciri burung modern, tetapi beberapa lainnya lebih mirip dinosaurus, saya merasa tidak nyaman menyebut Archaeopteryx sebagai burung. Namun, ia semakin mendekati burung!"
Archaeopteryx berusia sekitar 150 juta tahun, yang membuatnya bisa dibilang sebagai salah satu dinosaurus mirip burung tertua yang pernah ditemukan sejauh ini. Namun fakta bahwa ia masih menyandang gelar 'burung pertama' di benak banyak orang mungkin lebih berkaitan dengan waktu ditemukannya spesies tersebut.
Ketika fosil Archaeopteryx pertama ditemukan di Jerman pada tahun 1861, saat itu makhluk seperti burung belum diketahui keberadaannya, sehingga Archaeopteryx diberi sebutan "burung pertama", dan sebutan itu melekat hingga sekarang.
Namun kini ada pesaing lain sebagai anggota paling awal dari garis keturunan burung yang diketahui. Salah satunya adalah Aurornis xii, yang fosilnya berasal dari sekitar 160 juta tahun lalu.
Aurornis, yang berarti burung fajar, berukuran sebesar burung pegar. Ia memiliki bulu halus, tetapi tidak memiliki bulu yang lebih besar sehingga mungkin tidak dapat terbang. Seperti Archaeopteryx, ia memiliki cakar dan ekor yang panjang, tetapi beberapa tulangnya tampak jauh lebih primitif.
Demikian pula, Anchiornis huxleyi hidup sekitar 160 juta tahun lalu dan memiliki bulu di kaki dan lengannya, serta cakar melengkung yang mungkin membantunya memanjat pohon. Para ahli berpendapat bulunya terlalu pendek untuk memungkinkan terbang. Sebaliknya ia mungkin meluncur di antara pepohonan.
Burung pertama kali muncul
Nenek moyang burung diduga hidup pada zaman Kapur Akhir, sekitar 100 hingga 85 juta tahun yang lalu. Meskipun mungkin tidak tampak persis seperti spesies burung yang hidup saat ini, ia memiliki ciri khas burung yang masih hidup, seperti bulu, kemampuan terbang, tulang berongga, dan paruh tak bergigi.
Fosil burung modern paling awal yang ditemukan sejauh ini adalah Asteriornis maastrichtensis – yang lebih populer disebut ayam ajaib (wonderchicken).
Baca Juga: Fosil Burung Langka dari Zaman Dinosaurus Ungkap Evolusi Burung Modern
Fosil ayam ajaib berasal dari 66,7 juta tahun lalu, 700.000 tahun sebelum kepunahan massal yang memusnahkan dinosaurus non-unggas.
Ayam ajaib diperkirakan merupakan burung kecil yang hidup di tanah, dapat bereproduksi dengan cepat, dan terbang. Hal ini mungkin membantunya bertahan hidup dari peristiwa kepunahan.
"Ayam ajaib tampaknya merupakan perwakilan awal Neornithes yang paling jelas (kelompok yang mencakup semua burung modern) yang telah kami temukan sejauh ini," kata Daniel.
“Karena memiliki kelengkapan ciri-ciri mirip burung yang kita lihat saat ini, kita tahu bahwa semua ciri ini pasti telah berevolusi pada akhir zaman Kapur.”
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR