Perilaku konsumen mengalami pergeseran signifikan, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang memprioritaskan keberlanjutan. Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa 90% pemilik bisnis dan pengambil keputusan dari Gen Z lebih menyukai merek kopi yang aktif mempromosikan upaya keberlanjutan.
"Media sosial telah membantu transparansi, memungkinkan konsumen untuk meminta pertanggungjawaban merek ketika mereka menyesatkan pelanggan," ujar Kamil Kamieniecki. Ia menambahkan, "Sangat penting untuk membaca catatan kaki pada label dan melakukan pencarian web cepat jika ragu tentang klaim keberlanjutan."
Peraturan perundang-undangan juga berperan besar. Pemerintah di seluruh dunia mulai menerapkan kebijakan yang mendorong industri ke arah praktik berkelanjutan. Contohnya, Corporate Sustainability Due Diligence Directive Uni Eropa akan mewajibkan perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan mengenai dampak lingkungan, sosial, dan tata kelola mereka paling lambat tahun 2025.
Risiko Greenwashing Tetap Mengintai
Meskipun kerangka regulasi global mulai terbentuk, mengukur dan mengevaluasi praktik keberlanjutan masih menjadi tantangan. Tanpa kewajiban untuk memberikan data pendukung klaim mereka, banyak perusahaan dapat dengan mudah mereduksi keberlanjutan menjadi sekadar jargon pemasaran.
"Bangkitnya keberlanjutan sebagai kata kunci mencerminkan tuntutan masyarakat yang lebih luas untuk perubahan," kata Quinn Kepes. Namun, ia memperingatkan, "daya tarik kata kunci pemasaran dapat mengaburkan upaya yang tulus. Banyak merek yang tampak berkelanjutan sering kali kurang memiliki investasi otentik dalam menyelesaikan masalah mendasar."
Bahkan ketika perusahaan seperti roaster, pedagang, atau perkebunan menerbitkan laporan, banyaknya data justru bisa membingungkan. "Industri kopi telah mendilusi konsep keberlanjutan," ungkap Elisa Criscione. Menurutnya, ada kecenderungan untuk "mengumpulkan sejumlah besar data tanpa strategi yang jelas, yang menyebabkan kebingungan tentang bagaimana data tersebut diterapkan dan untuk tujuan apa."
Peran Sertifikasi dalam Keberlanjutan Kopi
Hubungan antara konsumen dan keberlanjutan mengalami perubahan signifikan. Konsumen yang semakin sadar kini lebih kritis dalam mengevaluasi klaim keberlanjutan.
"Terdapat urgensi yang jelas di antara konsumen untuk memahami dampak dari pilihan pembelian mereka," kata Quinn. Namun, ia mengakui, "pasar sering kali menyesatkan mereka. Merek yang dianggap berkelanjutan mungkin tidak mencerminkan kedalaman praktik sebenarnya di balik citra mereka."
Baca Juga: Benarkah Berhenti Minum Kopi Picu Sakit Kepala? Simak Penjelasan Ilmiahnya
KOMENTAR