Konsumen memang bersedia membayar lebih untuk kopi berkelanjutan, tetapi Quinn mencatat bahwa ini "sering kali hanya berlaku untuk kopi spesialti dan selama periode pertumbuhan ekonomi," sementara resesi dapat menurunkan permintaan ini.
Meningkatnya kesadaran konsumen memicu permintaan akan transparansi, di mana sertifikasi memainkan peran besar. "Sertifikasi memberikan legitimasi pada praktik berkelanjutan, membantu konsumen membuat pilihan yang sadar dan mendorong industri menuju standar yang lebih baik," jelas Elisa.
Ia menekankan pentingnya berkomunikasi dengan konsumen dengan cara yang mudah dipahami, meskipun lanskap sertifikasi terus berkembang. Elisa juga mencatat ada perusahaan yang menerapkan prinsip berkelanjutan tanpa sertifikasi, menunjukkan adanya jalur alternatif.
Pengaruh Regulasi: Dorongan Kuat?
Meski permintaan konsumen mengarahkan perilaku korporat, pergeseran autentik dan berskala besar kemungkinan besar datang dari regulasi. Tanpa standar yang tegas, perusahaan bisa dengan mudah mengabaikan perubahan tulus.
Peraturan baru Uni Eropa, seperti EU Regulation on Deforestation, menunjukkan arah pandang yang berbeda. Pada Hari Kopi Internasional 2024, VOCAL (Voice of Organizations in Coffee Alliance), sebuah konsorsium organisasi masyarakat sipil, dibentuk untuk menanggapi sikap industri kopi terhadap kepatuhan regulasi.
Laporan perdana mereka, "Coffee's Regulatory Blend," mendesak sektor swasta beradaptasi dengan undang-undang baru, bukan menunda penegakannya. Laporan ini menggambarkan pendekatan industri terhadap tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial sebagai "tidak memadai" dan "terlambat," ditandai "resistensi" dan "misinformasi."
Regulasi dapat menangani tantangan keberlanjutan secara terorganisir dan konsisten dengan mewajibkan perusahaan membuktikan klaim mereka. "Tekanan regulasi semacam itu secara signifikan mengarahkan perhatian perusahaan pada praktik hak asasi manusia, kondisi kerja, dan upah yang adil dalam rantai pasokan mereka," ujar Quinn. Namun, regulasi juga berisiko mengasingkan pelaku, terutama petani kecil, jika tidak ada dukungan dan panduan yang memadai.
Komitmen Tulus: Kunci Melawan Jargon
"Keberlanjutan" berisiko menjadi konsep kosong tanpa bahasa konkret, tindakan nyata, dan komitmen tulus dari merek. Praktik keberlanjutan harus otentik dan tertanam dalam operasional harian.
"Percakapan tentang keberlanjutan harus berkembang," kata Kamil. "Kita perlu fokus pada solusi nyata yang benar-benar bermanfaat bagi konsumen dan produsen sambil menavigasi logistik implementasi praktik yang efisien." Ia mengakui bahwa "banyak pekerjaan yang harus dilakukan" dan "tantangan infrastruktur dan logistik sering kali menghambat inisiatif."
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Metode Penyeduhan Kopi 'Terbaik', Hasilnya Mengejutkan?
KOMENTAR