Nationalgeographic.co.id—Industri olahraga di seluruh dunia sedang menghadapi tantangan besar terkait dampak lingkungannya. Namun, angin segar kini berhembus dengan hadirnya sebuah panduan inovatif yang akan membantu tim-tim olahraga mengukur dan mengurangi jejak karbon mereka secara lebih efektif.
Panduan ini, yang dikenal sebagai Carbon Methodology and Calculator for Sport, merupakan yang pertama di jenisnya dan diluncurkan oleh Think Beyond, sebuah konsultan keberlanjutan dan dampak sosial.
Tujuannya adalah untuk menciptakan standar yang konsisten, memungkinkan tim-tim olahraga untuk mengukur emisi mereka dengan akurat dan membuat kemajuan nyata menuju aksi iklim.
Hingga saat ini, industri olahraga kekurangan pendekatan standar di seluruh sektor untuk mengukur dampak iklimnya. Carbon Methodology and Calculator for Sport hadir sebagai solusi untuk kesenjangan ini. Sebanyak 35 organisasi terkemuka, termasuk nama-nama besar seperti World Athletics, Liverpool FC, dan LIV Golf, telah mengadopsi pendekatan baru ini.
Kalkulator dalam pedoman ini dirancang untuk mengukur jejak lingkungan dari berbagai aspek, mulai dari perjalanan penggemar yang datang ke stadion hingga produksi merchandise tim.
Susie Tomson, mitra senior di Think Beyond, menekankan pentingnya hal ini, menyatakan kepada Time, "Jika Anda mengklaim dampak ekonomi, maka Anda harus memperhitungkan jejak lingkungannya."
Metodologi ini selaras dengan protokol pengukuran emisi yang paling banyak digunakan, yaitu Greenhouse Gas Protocol, serta Framework Convention on Climate Change’s Sports for Climate Action Framework dari PBB, dan inisiatif Science Based Targets.
Namun, keunikan panduan ini adalah kemampuannya menerjemahkan kerangka kerja yang kompleks tersebut ke dalam bahasa yang mudah digunakan dan spesifik untuk industri olahraga. Tomson menjelaskan, "Kami ingin memastikan bahwa kami selaras dengan Protokol Gas Rumah Kaca, tetapi kami berbicara dalam bahasa olahraga."
Setelah tim memasukkan data mereka ke dalam kalkulator, sebuah dasbor akan menampilkan emisi berdasarkan kategori, memudahkan mereka untuk melacak perubahan dari tahun ke tahun.
Tim juga memiliki fleksibilitas untuk membagi data karbon mereka menjadi jejak yang berbeda sepanjang tahun, memungkinkan perbandingan dampak iklim dari berbagai acara sepanjang musim. Pedoman ini merupakan bagian dari upaya industri yang lebih luas untuk beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan.
Banyak organisasi olahraga telah berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 50% pada tahun 2030 dan mencapai net-zero pada tahun 2040 di bawah Sports for Climate Action Framework dari PBB. Contoh konkret dari komitmen ini terlihat pada Super Bowl 2024 dan Olimpiade Paris yang keduanya sepenuhnya didukung oleh energi terbarukan.
Baca Juga: Bagaimana Teluk Lampung Mengajarkan Ilmuwan Dunia tentang Karbon Biru?
KOMENTAR