"Sebagai anak bangsa, saya merasa terpanggil untuk ikut memikirkan solusinya," ujar Warren Xie, pendiri dan CEO Nectarmas. Ia percaya, kunci keberhasilan terletak pada kolaborasi yang menguntungkan masyarakat lokal.
Maka, pelatihan dan pendampingan pun digulirkan, membimbing para petani KPM di Tanjung Jabung Barat, Jambi, menuju budidaya lebah yang ramah lingkungan dan menjanjikan nilai ekonomi tinggi.
Panen Berkah, Mencegah Bencana, Merajut Inovasi
Pelatihan teknis adalah jembatan menuju madu berkualitas prima.
"Buktinya, para petani yang tergabung dalam KPM Tungkung kini sudah mampu menghasilkan madu berkualitas tinggi dari sarang-sarang lebah yang matang, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi," Warren menjelaskan dengan semangat.
Peningkatan pendapatan keluarga petani madu adalah buah nyata, menjadikan mereka garda terdepan dalam pelestarian hutan dan pencegahan kebakaran lahan di Jambi.
Kemitraan berkelanjutan dengan Nectarmas membuka gerbang pasar yang lebih luas, bahkan hingga ke kancah internasional. Ini adalah pemantik semangat bagi petani untuk terus meningkatkan praktik apikultur mereka, baik kualitas maupun keberlanjutannya.
Lebih dari itu, insentif ekonomi ini adalah magnet, menarik petani menjauhi praktik pembukaan lahan dengan cara membakar. Dengan budidaya lebah, mereka kini punya alasan kuat untuk merawat hutan.
Saat ini, hasil kerja keras Nectarmas dan 15 KPM di Tanjung Jabung Barat, Jambi, telah membuahkan satu ton madu per bulan, memberikan tambahan pendapatan Rp4-5 juta per kepala keluarga setiap bulannya.
Namun, visi Warren tak berhenti di situ. Ia dan timnya tengah merajut masa depan dengan "Smart Beehive", sebuah sarang lebah cerdas berteknologi Internet of Things (IoT).
Baca Juga: Gambut dan Mangrove Jadi Kunci Pengurangan Emisi Karbon di Asia Tenggara
KOMENTAR