Nationalgeographic.co.id - Selain merinding, pernahkah Anda merasa darah seolah-olah membeku ketika menonton film horor?
Pada kenyataannya, terdapat alasan ilmiah mengapa hal tersebut bisa terjadi. Menurut riset dari Belanda, ketakutan memang bisa menyebabkan darah mengental.
Untuk mendapatkan hasil tersebut, peneliti melibatkan 24 sukarelawan berusia 30 tahun atau lebih muda. Sebanyak 14 peserta diminta untuk menonton film horor dengan judul Insidious. Seminggu setelahnya, mereka kemudian diminta untuk menonton film ringan atau film pendidikan dengan judul A Year in Champagne.
Sebaliknya, 14 orang di kelompok kedua diminta menonton film ringan terlebih dahulu sebelum melanjutkan menonton film horor seminggu setelahnya.
Baca Juga : Sepotong Sejarah Cokelat: Berasal dari Ekuador Sejak 5.300 Tahun Lalu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta yang menonton film horor, tingkat faktor VIII -- protein yang berperan dalam pembekuan darah -- meningkat cukup tajam.
Diketahui bahwa 57 persen peserta yang menonton film horor mengalami kenaikan faktor VIII. Namun, hanya 14 persen peserta yang mengalami peningkatan protein pembeku darah tersebut saat menonton film pendidikan.
Dr. Thomas E. Eidson DO seorang spesialis penyakit vena dari Texas, memaparkan, saat merasa takut, bagian paling primitif dari otak akan bereaksi sehingga memicu respons flight or fight.
Ketika mengalami respon tersebut, tubuh akan melepaskan adrenalin. Kemudian, pupil akan membesar dan pembuluh darah menyempitkan aliran darah ke organ dan otot vital.
"Respons naluriah ini juga berlaku ketika menghadapi hal-hal menakutkan, seperti dikejar oleh beruang atau menonton film horor. Responnya sama persis," ucap Dr. Eidson.
Meski begitu, peneliti menyatakan bahwa meningkatnya faktor VIII tersebut tidak menyebabkan pembentukan gumpalan darah yang sebenarnya. Jadi, tidak ada salahnya jika masih bisa menikmati tayangan film horor yang mengerikan.
Baca Juga : 4 Hoaks Terkait Kecelakaan Lion Air JT 610 dan Klarifikasinya
Source | : | Kompas.com,Reader's Digest |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR