Nationalgeographic.co.id - Teras ini berada di ketinggian. Sejauh mata memandang terlihat panorama mengagumkan. Tapi, beranda di atas menara ini tak punya kemewahan dalam hal ukuran luas. Sempit.
Pengunjung terus berdatangan. Kami pun harus berdesakan. Tujuannya sama, mengabadikan momen saat pelesir agar bisa membagikan kisah lewat media sosial.
Saya berada di bagian atas dari Menara Galata. Salah satu bangunan penanda kota ini berdiri kokoh melintasi zaman. Ia pernah beralih fungsi menjadi menara pengawas kebakaran, hingga menjadi saksi sejarah ketika Hezarfen Ahmet Celebi yang menjadi manusia terbang pertama dari Turki, pada jaman kerajaan Ottoman di abad ke-17 silam.
Baca Juga : Kisah Jelajahi Emas Putih yang Tersembunyi di Pucuk Ketinggian Turki
Saya menduga burung-burung yang hinggap di menara saat ini adalah keturunan dari satwa bersayap yang dulu menjadi inspirasi Hezarfen Ahmet membuat sayap mengikuti konstruksi sayap burung-burung tersebut. DIa meluncur dari sisi Eropa Turki untuk kemudian mendarat di Distrik Uskudar yang adalah sisi Asia sekarang, melayang sejauh kurang lebih 6 kilometer.
Saya pun membayangkan Koloni Genoese pada kurun waktu abad ke 14 berdiri di Menara Galata. Para penjaga berdiri mengawasi teluk Golden Horn, pemandangan kota tua Konstantinopel membentang di hadapan.
Istanbul punya daya tarik magis nan kuat bagi para pejalan. Bayangkan kita bisa memasuki ruang waktu, sejak kota modern di pusat Istanbul hingga peninggalan tua sejarah berabad-abad lalu macam Menara Galata.
Baca Juga : Arkeologi Bawah Air: Gereja Kuno Ditemukan Terendam di Danau Turki
Kini Menara Galata kembali beralih fungsi menjadi pusat atraksi pariwisata Istanbul, dengan fasilitas restoran di puncaknya dan teras-teras yang bisa membawa para pejalan berkeliling mengitari dengan pemandangan tersuguh dua benua di depan mata, Asia dan Eropa.
Beberapa lift tersedia bagi pejalan untuk sampai di lantai sebelum puncak, melanjutkan dengan beberapa anak tangga yang melingkar di dinding menara membawa kita pada kenangan sejarah yang telah dilalui oleh tengara Turki ini.
Penulis | : | Didi Kaspi Kasim |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR