Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru menunjukkan bahwa teknologi Video Assistant Referee (VAR) dalam sepak bola tidak cukup tepat untuk memberikan penilaian yang akurat setiap saat. Meski sejumlah penelitian juga menunjukan VAR dapat mencegah pelanggaran dalam sepak bola.
VAR adalah prosedur bantuan teknologi untuk membantu asisten wasit meninjau tayangan ulang sebuah insiden dalam permainan sepak bola, sebagai bahan pertimbangan untuk wasit utama.
VAR diperkenalkan ke sepak bola pada tahun 2018 untuk membantu wasit meninjau keputusan untuk gol, kartu merah, penalti, dan offside. Teknologi ini menggunakan cuplikan film dari kamera sisi lapangan.
Itu berarti bahwa operator VAR dapat melihat aksi dari sudut yang berbeda. Kemudian memberikan penilaian mereka atas insiden kepada wasit kepala untuk membuat keputusan akhir.
Namun, akurasi dan penerapan VAR juga dipertanyakan oleh beberapa ahli. Kritikus berpendapat bahwa VAR menghambat aliran permainan. Namun beberapa penelitian menunjukkan itu telah mengurangi jumlah pelanggaran, offside, dan kartu kuning.
Pooya Soltani, peneliti University of Bath mengatakan, VAR sangat berguna dalam membantu wasit membuat keputusan yang akurat. "Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa itu memiliki batasan yang pasti," kata Soltani seperti dilansir Sci-News.
Dalam studi tersebut, Soltani menggunakan sistem penangkapan gerak optik untuk menilai keakuratan sistem VAR. Dia memfilmkan pemain yang menerima bola dari rekan setimnya. Dilihat dari sudut kamera yang berbeda, sambil merekam posisi 3D bola dan pemain menggunakan kamera optical motion capture.
Peserta yang melihat klip diminta untuk menentukan momen tendangan yang tepat dan menilai apakah penerima bola berada dalam posisi offside. Peneliti menemukan bahwa, rata-rata, para peserta mengira bola ditendang 132 milidetik kemudian, seperti yang diukur oleh kamera gerak optik.
Dia juga menemukan bahwa peserta lebih akurat dalam penilaian mereka ketika aksi dilihat pada sudut 0 dan 90 derajat, dan ketika garis panduan VAR hadir.
"Frame rate dan resolusi kamera yang digunakan dalam VAR terkadang tidak mengikuti gerakan cepat, artinya terkadang pemain atau bola tidak jelas," kata Soltani.
Baca Juga: Kisah Fanatisme Sepak Bola Korea, 'Son Heung-Min Adalah Segalanya'
Baca Juga: Gara-gara Sepak Bola Pra-Piala Dunia, Perang Bersenjata Pun Bergelora
Baca Juga: Dari Mana Olahraga Sepak Bola Berasal? Ini Penjelasan Peneliti
"Jadi, penonton harus menggunakan penilaian mereka sendiri untuk memperkirakan di mana para pemain berada saat bola ditendang, yang mempengaruhi apakah itu offside atau tidak."
Peneliti menemukan bahwa bola ditendang 132 milidetik lebih awal dari yang dirasakan oleh para peserta.
"Kedengarannya tidak terlalu banyak, tetapi dalam permainan yang bergerak cepat itu bisa cukup lama bagi para pemain untuk berada di lokasi yang berbeda dan oleh karena itu berpotensi berubah menjadi offside," kata Soltani.
"Ini menunjukkan bahwa meskipun VAR berguna untuk menemukan kesalahan yang jelas, itu tidak boleh diandalkan sepenuhnya untuk membuat keputusan wasit."
Studi tersebut menunjukkan bahwa akurasi VAR dapat ditingkatkan dengan menggunakan kamera dengan kecepatan frame rate yang lebih tinggi yang akan merekam pergerakan bola dalam gerakan yang lebih lambat.
Juga, untuk keputusan offside marjinal, garis panduan yang lebih tebal di VAR dapat digunakan untuk mewakili zona ketidakpastian.
Akurasi juga dapat ditingkatkan dengan melihat gameplay dari berbagai sudut. "Menggunakan resolusi yang lebih tinggi, kamera frame rate yang lebih cepat, dan pendekatan penangkapan gerakan volumetrik akan meningkatkan akurasi VAR, tetapi akan jauh lebih mahal," kata Soltani.
"Entah benar atau salah, saya pikir keputusan akhir wasit menambah rasa pada permainan."
Soltani mempresentasikan hasil penelitian ini di 40th Conference of the International Society of Biomechanics in Sports (ISBS 2022).
Source | : | Sci-News,40th Conference of the International Society of Biomechanics |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR