Nationalgeographic.co.id – Kebanyakan orang mengalami hidup menjadi lebih tertekan dan tertantang di usia 30-an dan 40-an. Hal ini terutama bagi segmen populasi tertentu, yang berasal dari latar belakang trauma relasional.
Trauma relasional adalah efek lanjutan dari pelecehan, penelantaran, dan penderitaan. Mereka yang dikhianati oleh orang yang mereka cintai, percayai, atau andalkan mungkin menghadapi tantangan kesehatan mental dan perilaku yang sangat besar, karena berusaha menjalin hubungan antarpribadi dan mengatasi banyak tantangan hidup. Itu dapat meninggalkan penderita dengan perasaan marah, bersalah, malu, rasa pengkhianatan, dan perasaan rendah diri yang kuat dan belum terselesaikan, yang semuanya dapat secara permanen memengaruhi hubungan mereka yang ada dan mempersulit untuk memulai yang baru.
Para peneliti mengeksplorasi mengapa dan bagaimana dari latar belakang trauma relasional dapat membuat retakan pada pondasi kehidupan dengan cara yang mungkin tidak harus dihadapi oleh seseorang dari latar belakang non-trauma.
Hal ini mungkin tidak disadari pada waktu saat masa remaja dan dewasa muda. Namun saat seseorang memasuki di usia 30-an dan 40-an, baru lah mulai mengalami tekanan dari perjalanan waktu, dan tonggak perkembangan umum.
Keputusan-keputusan yang diambil kala itu mungkin terlihat mengesankan tanpa melihat konsekuensi. Hingga pada akhirnya membuat pondasi retak membangun ‘rumah’ kehidupan. Namun, sebuah kesalahan pasti pernah dialami dalam hidup seiring bertambahnya usia dan kehidupan yang terus bergerak maju.
Ini adalah tentang satu waktu, satu pilihan dan serangkaian konsekuensi pada satu waktu. Dan memang, meski berasal dari latar belakang trauma relasional dan ada retakan di pondasi, bagian luar ‘rumah’ mungkin tidak terlihat buruk. Bahkan, itu bisa terlihat sangat mengesankan.
Seseorang dari latar belakang trauma relasional dapat meraih prestasi secara akademis dan profesional, tetapi terbelakang dalam keterampilan emosional dan relasional mereka.
Misalnya, Anda bisa masuk ke universitas Ivy League dan pergi dengan gelar ganda dan penghargaan tertinggi dan masih memiliki gejala C-PTSD (gangguan stres pascatrauma kompleks) yang belum terselesaikan yang membuat regulasi emosional terasa tidak mungkin dan keterikatan relasional menyakitkan
Jadi sekali lagi, kita mau tidak mau membangun rumah di kehidupan kita, dan banyak dari kita bahkan memiliki ‘eksterior’ yang mengesankan dan berkilau meskipun pondasinya atau di dalamnya rusak dan tidak baik-baik saja.
Sementara itu, pondasi yang rusak mungkin tidak terlihat, tidak diketahui, dan konsekuensi dari retakan tersebut belum terlalu terasa.
Baca Juga: Merasa Tertekan di Kantor? Bedakan Stres Kerja Biasa dengan Burn Out
Baca Juga: Mengapa Tidak Bisa Menghapus Ingatan Trauma di Masa Lalu? Ini Sebabnya
Source | : | Psychology Today |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR