Nationalgeographic.co.id - Sementara Eropa harus berada di Abad Kegelapan, Tiongkok kuno berkembang pesat di masa Dinasti Tang. Balok kayu untuk mencetak memberi mereka buku. Pekerjaan pemerintah pun tersedia bagi warga biasa berkat serangkaian pengujian. Kertas tersebar di seluruh Asia, puisi, musik, dan gagasan artistik dan kreatif lainnya berkembang di zaman ini. Namun ironisnya, kejayaan dinasti ini harus berakhir. Seorang selir berkuasa mengakhiri Dinasti Tang. Siapakah wanita selir itu?
Dinasti Tang adalah dinasti kekaisaran Tiongkok yang ada antara abad ke-7 dan ke-10 Masehi, dengan jeda singkat antara akhir abad ke-7 dan awal abad ke-8 Masehi.
“Dinasti ini sering dianggap sebagai zaman keemasan sejarah Tiongkok,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins. Bidang seni dan budaya sangat berkembang di masa ini. Juga pada masa Dinasti Tang, ajaran Buddha menjadi terkenal di masyarakat Tiongkok.
Namun, zaman keemasan ini tidak berlangsung selamanya. Pemberontakan selama paruh kedua abad ke-9 M mengakhiri dinasti ini. Peristiwa ini menjadi pembuka bagi periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan, di mana Tiongkok sekali lagi terpecah-pecah.
Kaisar Dinasti Tang awal
Dinasti Tang didirikan oleh Li Yuan (dikenal juga sebagai Kaisar Gaozu dari Tang). Ia adalah seorang pejabat pemerintah di Dinasti Sui sebelumnya. Kaisar kedua Dinasti Sui, Kaisar Yang dari Sui, secara tradisional dianggap sebagai tiran. “Berbagai pemberontakan pecah menjelang akhir pemerintahannya,” ungkap Mingren lagi.
Pemimpin salah satu pemberontakan adalah Li Yuan. Ia memproklamirkan dirinya sebagai kaisar dinasti baru, Dinasti Tang pada tahun 618 Masehi, menyusul berita kematian Kaisar Yang. Tetap saja, Dinasti Tang tidak menguasai seluruh Tiongkok pada saat itu. Wilayahnya makin bertambah luas secara bertahap dalam dekade berikutnya.
Pemerintahan yang makmur
Pemerintahan Kaisar Gaozu dari Tang dikenang sebagai pemerintahan yang makmur. Sistem tertentu yang diterapkan oleh Dinasti Sui diadopsi. Reformasi juga diberlakukan untuk memperbaiki kehidupan orang Tiongkok di masa itu.
Misalnya, sistem perpajakan dan pembagian tanah Sui diadopsi. Selain itu, undang-undang dikodifikasi ulang. Hukuman tertulis untuk pelanggaran tertentu dan ditinjau setiap 20 tahun. Kode hukum yang dibuat oleh Kaisar Gaozu digunakan oleh dinasti berikutnya dan bahkan oleh kerajaan atau kekaisaran lain.
Kematian untuk mendapatkan takhta
Kaisar Gaozu digantikan oleh salah seorang putranya, Li Shimin (dikenal juga sebagai Kaisar Taizong dari Tang). Kaisar kedua menggulingkan ayahnya dan membunuh dua saudara laki-lakinya untuk mendapatkan takhta Tiongkok.
Tindakan penggulingan dan pembunuhan itu dianggap bertentangan dengan cita-cita Konfusianisme tentang bakti. Namun, Kaisar Taizong membuktikan dirinya sebagai penguasa yang sangat cakap. Ia bahkan sering dianggap sebagai salah satu kaisar terbesar dalam sejarah Tiongkok.
Selama masa pemerintahan Kaisar Taizong, wilayah kekuasaan Dinasti Tang bertambah luas. “Membentang dari Vietnam utara di selatan hingga Korea utara di utara dan sejauh barat hingga Asia Tengah,” Mingren menuturkan.
Banyak kemajuan teknologi dan budaya juga diciptakan selama masa pemerintahannya. Misalnya, balok kayu pencetak buku dikembangkan selama ini. Dan Kaisar Taizong dikenang karena kebijakan toleransi beragamanya. Kebijakannya itu memungkinkan agama asing seperti Kristen dan ajaran Buddha berkembang di Tiongkok.
Selir Wu Zetian menjadi permaisuri
Penguasa Tang terkenal berikutnya adalah Wu Zetian, selir Kaisar Taizong. Wu Zetian kemudian menjadi selir pertama pengganti Taizong, Kaisar Gaozong.
Wu Zetian memasuki istana Kaisar Tang Taizong tahun 638, pada usia 14 tahun, sebagai selir junior.
Pada saat itu, Dinasti Tang baru-baru ini menyatukan kembali Tiongkok, sebagian besar melalui upaya Taizong.
Hanya sedikit yang diketahui tentang kehidupan Wu sebagai selir Taizong. Namun setelah kematiannya pada tahun 649, dia dikatakan telah menjalin hubungan intim dengan ahli warisnya, Kaisar Gaozong.
Setelah kematian Kaisar Taizong, sesuai tradisi, ia harus hidup di biara. Namun ketika kaisar baru mengunjungi biara itu, ia membawa Wu Zetian ke istana. Tidak perlu menunggu lama, ia pun menjadi selir favorit Kaisar Gaozong.
Pengangkatan Wu Zetian menjadi permaisuri ditentang banyak negarawan
Wu Zetian pertama kali menyingkirkan saingan wanitanya di dalam istana—permaisuri yang ada dan selir terkemuka. Pada tahun 655, selir yang berkuasa itu memperoleh posisi permaisuri. “Ia akhirnya melahirkan Gaozong empat putra dan satu putri,” tulis Charles Patrick FitzGerald di laman Britannica.
Wu Zetian menggunakan otoritasnya untuk menjatuhkan negarawan tua. Mereka semuanya pernah melayani Taizong dan masih memiliki pengaruh besar atas pemerintahan.
Orang-orang ini menentang pengangkatannya ke posisi permaisuri. Alasannya terutama karena keluarganya bukanlah salah satu dari klan aristokrat besar. Para negarawan juga menentang hubungannya dengan kaisar. Pasalnya, ia adalah selir kaisar sebelumnya. Sehingga bisa dikatakan, Permaisuri Wu Zetian dan Kaisar Gaozong terlibat dalam hubungan inses.
Pada tahun 660 permaisuri menang atas semua lawan. Semua musuhnya dipecat, diasingkan, dan, dalam banyak kasus, akhirnya dieksekusi. Bahkan paman kaisar, kepala keluarga besar Changsun, keturunan kekaisaran, diburu sampai mati, dan kerabatnya diasingkan atau dihancurkan.
Ketika permaisuri menjalankan pemerintahan di balik sang kaisar
Hampir kekuasaan tertinggi sekarang dijalankan oleh permaisuri Wu Zetian atas nama Gaozong yang sakit-sakitan.
Kaisar, yang karakternya lemah, mengandalkannya sepenuhnya. Maka selama 23 tahun terakhir hidupnya, permaisuri adalah penguasa Tiongkok yang sebenarnya.
Ia terus melenyapkan saingan potensial, bahkan ketika mereka adalah kerabatnya sendiri. Di sisi lain, Wu Zetian memerintah kekaisaran dengan sangat efisien. Ia mempekerjakan orang-orang cakap yang setia dan mendukungnya ketika dia ditantang.
Baca Juga: Tersinggung karena Lelucon, Selir Zhang Nekat Bunuh Kaisarnya
Baca Juga: Lika-liku Kehidupan Selir di Era Munculnya Islam hingga Hindia Belanda
Baca Juga: Kehidupan Tragis Selir Dinasti Ming: Dilecehkan, Disiksa, dan Dibunuh
Kemampuannya yang luar biasa sebagai seorang administrator, keberaniannya, dan karakternya yang tegas, memenangkan rasa hormat dari istana. Ia berani menggunakan cara-cara yang kejam terhadap lawan mana pun, tidak memandang posisinya.
Pada tahun-tahun antara 655 dan 675, kekaisaran Tang menaklukkan Korea di bawah pimpinan militer yang dipilih dan dipromosikan oleh permaisuri.
Ketika Gaozong meninggal pada tahun 683, ia digantikan oleh putranya Li Xian, yang dikenal sebagai kaisar Zhongzong.
Wu Zetian menggulingkan sang putra dari takhta
Kaisar baru menikah dengan seorang wanita dari keluarga Wei. Permaisuri baru itu berusaha menempatkan dirinya pada posisi otoritas yang sama dengan Wu Zetian. Pasalnya, Zhongzong sama lemah dan tidak kompetennya seperti sang ayah.
Setelah satu bulan, Wu Zetian menggulingkan putranya, dan mengasingkannya. Ia kemudian mengangkat putra keduanya, Li Dan (kaisar Ruizong), sebagai kaisar. Pemberontakan kemudian dilakukan oleh loyalis Tang dan pejabat muda yang ambisius di selatan. Tentu saja, pemberontakan itu dihancurkan dalam beberapa minggu dengan kerja sama yang setia dari pasukan utama takhta. Posisi permaisuri Wu Zetian tak tergoyahkan.
Permaisuri Wu Zetian akhirnya merebut takhta kaisar
Enam tahun kemudian, pada tahun 690, pada usia 65 tahun, permaisuri merebut takhta itu sendiri. Diterima tanpa pemberontakan, dia memerintah selama 15 tahun.
Selama periode itu, masalah suksesi mulai menjadi sangat mendesak. Wu Zetian mengubah nama dinasti menjadi Zhou dan menggusur ahli waris Tang.
Namun ia tidak memiliki penerus takhta yang populer atau memiliki kemampuan untuk menjadi kaisar.
Di sisi lain, putra Wu Zetian sendiri, dua mantan kaisar Zhongzong dan Ruizong, memiliki sedikit dukungan dan kemampuan.
Pada tahun 698 Zhongzong yang diasingkan dipanggil kembali dan diangkat menjadi putra mahkota. Permaisuri menunjukkan kualitasnya yang luar biasa dalam keputusan ini. Ia tidak menempatkan keluarganya sendiri dalam garis suksesi atau menunjuk salah satu keponakannya sebagai ahli warisnya.
“Dia tampaknya tidak memiliki ambisi atas nama keluarganya sendiri,” ungkap Fitzgerald. Sang permaisuri memiliki tekad untuk mempertahankan kekuasaan untuk dirinya sendiri sampai akhir.
Baca Juga: Fu Lin, Kaisar Cilik yang Bertakhta di Dinasti Qing Sejak Usia 5 Tahun
Baca Juga: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Filosofi Taoisme asal Tiongkok?
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, kesehatannya mulai menurun. Di bulan Februari 705, sebuah konspirasi terbentuk di antara para menteri dan jenderal terkemuka. Mereka merebut istana dan memaksa permaisuri, tua dan sakit, untuk menyerahkan kekuasaan kepada Zhongzong. Kelak, Zhongzhong memerintah sampai tahun 710.
Pemerintahan Wu Zetian yang makmur
Permaisuri Wu Zetian adalah penguasa yang sangat kompeten, menggunakan pria pilihannya sendiri, terlepas dari status sosial mereka.
Meskipun motifnya adalah untuk mengamankan otoritasnya sendiri, konsekuensi dari kebijakannya menjadi sangat penting secara historis.
Signifikansi aspek pemerintahannya ini telah lama dikaburkan oleh prasangka sejarawan Tiongkok terhadap perebutan permaisuri dan tindakan kejamnya. Ia mendirikan kerajaan bersatu baru secara langgeng. Sang permaisuri membawa perubahan sosial yang dibutuhkan yang menstabilkan dinasti dan mengantarkan salah satu zaman peradaban Tiongkok yang paling berhasil.
Wu Zetian memberikan banyak kontribusi penting bagi sejarah Tiongkok. Ini termasuk peningkatan status ajaran Buddha, perbaikan sistem pendidikan, dan kontribusinya pada seni.
Source | : | Ancient Origins,Britannica |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR