Nationalgeographic.co.id—Samurai dan pedangnya menjadi bagian penting dari sejarah Kekaisaran Jepang. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan memiliki dampak budaya yang besar pada nilai-nilai Jepang dan citra bangsa.
Dikenal sebagai pedang terbaik di dunia, katana sangat tajam sehingga dikatakan mampu menembus tulang lawan sang samurai.
Ini berarti, tentu saja, pembuat pedang samurai merupakan bagian dari para pembuat pedang terbaik di dunia. Saat ini, hanya pengrajin berlisensi yang dapat meniru katana legendaris. “Ironisnya, seni menempa katana perlahan-lahan mati selama sekitar 200 tahun terakhir,” tulis Kevin Murasaki di laman Japan Insider.
Karena itu, katana terkenal sering diwariskan dari generasi keluarga atau bahkan disimpan di museum, kuil, dan kediaman kaisar.
Tenka Goken, lima pedang suci samurai di Kekaisaran Jepang
Tenka Goken, juga dikenal sebagai “Lima Pedang di Bawah Langit”. Ini adalah pedang terbaik dari yang terbaik, lima katana terhebat yang pernah dibuat. Tiga di antaranya adalah harta nasional, satu peninggalan suci Buddhisme Nichiren, dan yang terakhir adalah properti Kekaisaran Jepang.
Istilah Tenka Goken adalah pengetahuan umum di kalangan pembuat pedang di Kekaisaran Jepang. Namun istilah tersebut tidak secara resmi muncul dalam catatan sampai Era Meiji (1868-1912).
Lima pedang yang membentuk Tenka Goken adalah Dojigiri Yasutsuna, Mikazuki Munechika, Onimaru Kunitsuna, Odenta Mitsuyo, dan Juzumaru Tsunetsugu.
Dojigiri Yasutsuna – Pembunuh Iblis Shuten Doji
Dojigiri Yasutsuna sepanjang 80cm adalah harta nasional Kekaisaran Jepang dan dibuat oleh Ohara Yasutsuna pada Periode Heian (794-1185).
Dikatakan bahwa Yasutsuna menempa pedang tersebut agar cukup tajam untuk membunuh iblis bernama Shuten Doji. “Saat itu, Shuten Doji sedang mengamuk di Kyoto,” tambah Murasaki.
Atas perintah dari kaisar, seorang samurai bernama Minamoto no Yorimitsu (Yorimitsu dari Minamoto) membunuh iblis tersebut dengan pedang. Karena itu, pedang diberi nama Dojigiri yang berarti “tebasan Doji”.
Pedang itu terbuat dari besi yang ditempa untuk menunjukkan kelengkungan yang kuat dan hampir tidak ada penyimpangan. Dikatakan bahwa Yasutsuna menguji pedang itu sendiri, pada enam penjahat yang dihukum, mengiris mereka menjadi potongan bulat.
Saat ini, pedang tersebut dipajang di Museum Nasional Tokyo.
Odenta Mitsuyo – Pedang Besar Denta
Harta nasional Kekaisaran Jepang lainnya adalah Odenta Mitsuyo. Pedang ini merupakan yang terpendek, dengan panjang 66cm. Odenta Mitsuyo diciptakan oleh Miike Denta Mitsuyo, pendiri Sekolah Pembuatan Pedang Miike, pada Periode Heian (794-1185).
Odenta Mitsuyo dikatakan memiliki kekuatan spiritual karena pernah menyelamatkan seorang putri pada periode Azuchi-Momoyama (1574-1600). Menurut legenda, Putri Gohime, putri komandan Toshiie Maeda, menderita penyakit serius. Maeda berdoa untuknya dengan pedang ini di sisinya. Konon, pedang Odenta Mitsuyo-lah yang menyembuhkan sang putri.
Saat ini pedang tersebut dimiliki oleh Maeda Ikutokukai, sebuah perusahaan yang dibentuk oleh keturunan Toshiie Maeda. Odenta Mitsuyo tampil beberapa kali dalam setahun di Museum Seni Prefektur Ishikawa.
Onimaru Kunitsuna – sang Iblis
Dimiliki oleh keluarga kekaisaran Jepang, Onimaru Kunitsuna berukuran 78,2 cm. Pedang ini ditempa selama Periode Kamakura (1185-1333) oleh pandai besi yang dikenal sebagai Awataguchi Kunitsuna. Kunitsuna menemukan metode menempa katana yang dikenal sebagai shoshuden.
Onimaru milik Hojo Tokiyori, seorang wali penguasa Keshogunan Kamakura. Ada kisah menarik di balik penamaan pedang ini. Suatu hari, pedang ini secara misterius bergerak dengan sendirinya dan jatuh dari dudukan pedang.
Dalam prosesnya, pedang itu mengukir gambar setan (oni) ke kaki dudukan pedang.
Ukiran iblis ini terlihat persis seperti yang menyiksa Tokiyori dalam mimpinya. Setelah itu, Tokiyori tidak pernah bentrok dengan iblis itu lagi dalam mimpinya. Ia mengeklaim bahwa pedang itu membunuh iblis itu dan membebaskannya dari kerasukan.
Karena dimiliki oleh keluarga Kekaisaran Jepang, pedang legendaris ini jarang terlihat oleh publik.
Juzumaru Tsunetsugu, pedang penghancur kejahatan
Pedang selanjutnya adalah Juzumaru Tsunetsugu yang dibuat pada Periode Heian (794-1185) oleh Aoe Tsunetsugu. Juzumaru Tsunetsugu memiliki panjang 82,1 cm.
Pedang yang dimiliki oleh panglima perang atau samurai biasanya digunakan dalam pertempuran. Namun lain halnya dengan Juzumaru. Pedang ini sangat terkait dengan Buddhisme Nichiren, cabang Jepang dari Buddhisme Mahayana yang didirikan oleh Nichiren.
Pedang itu adalah pedang demonstratif yang digunakan oleh Nichiren untuk “memotong kejahatan”. Nichiren membungkus gagangnya dengan juzu, tasbih Buddha Jepang, sehingga diberi nama Juzumaru.
Pedang ini disimpan di Kuil Honkoji di Prefektur Hyogo, bukan di museum dan dianggap sebagai peninggalan Buddhisme Nichiren.
Mikazuki Munechika – Pedang Bulan Sabit
Mikazuki Munechika yang dibuat oleh Sanjo Munechika pada Periode Heian (794-1185) adalah salah satu harta nasional Kekaisaran Jepang.
Panjangnya 80cm dan dikatakan sebagai yang terindah dari kelimanya karena bentuk bulan sabitnya. Namanya, Mikazuki, berarti “bulan sabit” dalam bahasa Jepang. Bilahnya dikatakan mencerminkan bentuk banyak bulan sabit kecil.
Sanjo Munechika adalah seorang pembuat pedang terkenal dan pemimpin sekolah pembuat pedang Sanjo. Munechika menempa banyak pedang lain yang sekarang terkenal selain Mikazuki. Namun tidak seperti Mikazuki, pedang karya Muechika lainnya tidak dipajang di Museum Nasional Tokyo.
Samurai dan katana atau pedang adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Selama 700 tahun, keduanya turut menorehkan sejarah Kekaisaran Jepang.
Kisah Manuela Escobar Berusaha Menghilang dari Bayang-Bayang Buruk Pablo Escobar
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR