MacGregor menemukan wilayah bekas koloni Inggris
Kemudian, pada musim semi tahun 1820, ia mendarat bersama beberapa rekannya di daratan Nikaragua. Wilayah tersebut dikenal sebagai Pantai Mosquito. Daerah pesisirnya berawa dan penuh hama dan hanya dihuni oleh suku-suku pengembara Suku Mosquito.
Pada abad ke-17, pantai-pantai ini menjadi tempat berkumpulnya semua orang jahat di Maine. Pada tahun 1670, beberapa kapten bajak laut mendirikan markas mereka di pantai.
Oleh karena itu, suku Indian menawarkan untuk mengakui kedaulatan Inggris atas wilayah mereka dengan imbalan perlindungan. Dengan demikian, wilayah tersebut menjadi koloni Inggris. Namun pada tahun 1788, pantai tersebut ditinggalkan dan pendirian kolonial ditarik.
Kehilangan perlindungan dari pemerintah mereka membuat beberapa pemukim secara bertahap menjauh. Seiring berjalannya waktu, jejak terakhir permukiman pun terhapuskan.
Ketika MacGregor tiba pada tahun 1820, ia memiliki rencana untuk rekolonisasi. Ia pun membujuk penguasa Indian yang sudah tua itu untuk memberinya konsesi besar-besaran atas wilayahnya. Kemudian MacGregor segera berangkat ke Inggris untuk mempromosikan usaha yang luar biasa. Apa rencananya?
MacGregor memberi nama wilayah kekuasaannya: Poyais. Ia pun menggelari dirinya sebagai Pangeran Poyais. Dengan impian memiliki kerajaan, pangeran gadungan itu tiba di London untuk mencari dana dan rakyat.
Dua dekade perang kontinental telah membuat Inggris miskin dan terkuras. Penduduknya siap mengikuti godaan keberuntungan apa pun yang menjanjikan pelarian dari kesuraman dunia pascaperang. Mungkin karena itulah MacGregor begitu mudah membuat orang London tahun 1820 terkesan.
Laporan tentang kariernya yang cemerlang dalam perang Amerika Tengah pun beredar di tengah masyarakat Inggris. Kemudian, seperti seorang pembawa berita Atlantis yang hilang, ia membentangkan gambaran tentang sebuah negeri. Bak negeri dongeng nan menakjubkan.
Poyais, kepingan surga di Bumi
Poyais adalah surga, memiliki musim panas yang tiada henti. Tanah subur menghasilkan semua kebutuhan manusia tanpa perlu bekerja keras. Dari pegunungan yang megah, sungai-sungai mengalir ke laut di atas pasir emas murni.
Baca Juga: Bayangan 'Raja Kafir' Buat Melayu-Nusantara Menggandeng Ottoman
Source | : | History Today |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR