Ada juga emas di pegunungan itu – tonjolan berkilau yang darinya siapa pun dapat meramal nasib dengan kapak tangan. Batu-batu berharga dapat dikumpulkan seperti kerikil dari lereng bukit.
Jalan-jalan yang rindang melintasi kerajaan di antara perkebunan tebu, kopi, kapas, dan nila. Kawanan besar ternak digemukkan di padang rumput, buah-buahan langka tumbuh liar dalam jumlah banyak. Burung-burung eksotis berkelebat di bawah sinar matahari. Seolah-olah semua impian umat manusia telah menjadi kenyataan.
Gambaran tentang Poyais dan isi kerajaannya sebenarnya tampak tidak masuk akal. Namun tingkat penipuan yang dilakukan Gregor MacGregor untuk menjerat warga London tampak luar biasa.
Tak lama kemudian, kisah Poyais dan sosok pangerannya disiarkan melalui berbagai cara yang tersedia. Pamflet dan buku dicetak. Kantor-kantor dibuka di London dan Edinburgh. Berbidang-bidang lahan di Poyais dijual bebas seharga 4 shilling per hektar. Tanah yang ditawarkan laris manis bak kacang goreng.
Rombongan pertama menuju ke Poyais
Pada tanggal 10 September 1822, rombongan pertama yang terdiri dari 50 pemukim berlayar dari Leith dengan kapal Honduras Packet. Kebanyakan dari mereka adalah pria dan wanita yang sudah berumur dan berkecukupan.
Mereka adalah petani, perajin dan pedagang yang telah menjual usaha dan menutup toko-tokonya. Bahkan ada kelompok profesional yang diangkat oleh Pangeran Gregor sebagai pejabat negara.
Para pemukim menukar mata uang Skotlandia mereka yang asli dengan uang kertas yang dapat dibayarkan di Bank of Poyais. Ada sekitar 70.000 uang Poyais dicetak di Edinburgh. Bersemangat, penuh harapan, dan sama sekali tidak curiga, kelompok kecil perintis itu pun berlayar.
“Bola salju” penipuan yang digulirkan oleh MacGregor menjadi tak terkendali. Pelayaran selanjutnya harus diatur. Biaya melonjak, pasukan agen dan fungsionaris terus bertambah. Sang pangeran mendapati dirinya kekurangan dana.
"Karena itu, ia mendatangi bankir Perring & Company di London," tambah Allan. Ia mengajukan proposal untuk menerbitkan pinjaman kepada pemerintahnya. Kepala bank tersebut, Sir John Perring, adalah mantan wali kota. Perring juga merupakan salah satu orang paling berpengalaman dalam urusan kota.
Baca Juga: Makna Islam, Tauhid dan Ma’rifat dalam Surat Petisi ke Ottoman
Source | : | History Today |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR