Nationalgeographic.co.id—Dalam mitologi Yunani, Hesperides adalah personifikasi keajaiban senja, dewi yang melambangkan cahaya keemasan matahari terbenam. Mereka dikenal sebagai penjaga keindahan senja, diasuh dan didukung oleh sejumlah dewa dan makhluk mitologi yang kuat.
Selain itu, mereka terkenal karena taman mereka yang memukau, Taman Hesperides, yang menjadi tempat disimpannya apel emas legendaris.
"Hesperides sering digambarkan sebagai nimfa cantik, putri Titan Atlas dan nimfa laut Hesperis, meskipun beberapa versi mitos menyebut mereka sebagai anak Nyx, dewi malam, dan Erebus, dewa kegelapan," ungkap Maup van de Kerkhof dalam The Hesperides: Greek Nymphs of the Golden Apples.
Nama mereka sendiri berasal dari kata Yunani hesperos, yang berarti “sore” atau “barat,” mengaitkan mereka erat dengan senja yang temaram. Taman mereka dikisahkan berada di tepi barat dunia, tempat matahari terbenam, sebuah lokasi mistis yang jauh dari jangkauan manusia biasa.
Jumlah Hesperides sering diperdebatkan. Beberapa sumber menyebut ada tiga, sementara yang lain mengatakan empat atau bahkan tujuh.
Namun, pola triad dalam mitologi Yunani, seperti Moirai dan Gorgo, membuat tiga Hesperides menjadi jumlah yang paling sering diterima.
Meski peran mereka dalam mitologi tergolong kecil, hubungan mereka dengan apel emas—buah yang menjadi pusat banyak kisah penting—telah menjadikan mereka simbol dari sisi magis dunia Yunani kuno.
Dalam tulisannya yang dimuat pada laman History Cooperative tersebut, Van de Kerkhof juga menyebutkan bahwa berbagai versi mitos juga menyebutkan asal-usul mereka yang berbeda-beda.
Ada yang mengatakan mereka adalah anak Zeus dan Themis, atau Phorcys dan Ceto. Namun, untuk menjaga kejelasan cerita, kebanyakan orang lebih memilih versi yang menyebut mereka sebagai anak Atlas dan Hesperis. Apa pun asal-usulnya, Hesperides tetap menjadi gambaran keindahan senja dan unsur mistis yang menyelimuti mitologi Yunani.
"Hesiod dan Diodorus adalah dua tokoh penting dalam dunia kuno yang memberikan pandangan berbeda tentang asal-usul dan kisah para Hesperides," kata Van de Kerkhof.
Hesiod, seorang penyair Yunani dari abad ke-8 hingga ke-7 SM, dikenal melalui karyanya Theogony, di mana ia menjelaskan asal-usul para dewa.
Baca Juga: Narasi Sakral Masyarakat Adat, Penjaga Harapan di Tengah Kegelapan
Dalam pandangan Hesiod, Hesperides adalah putri Nyx, dewi malam purba yang lahir dari Chaos. Nyx, sosok misterius dan gelap, melahirkan banyak entitas, termasuk roh-roh malam, Thanatos (dewa kematian damai), dan Hypnos (dewa tidur).
Namun, menghubungkan Nyx secara langsung dengan Hesperides masih menjadi perdebatan karena tidak ada petunjuk eksplisit yang menghubungkan mereka lebih jauh.
"Sebaliknya, Diodorus Siculus, seorang sejarawan dari abad ke-1 SM, menawarkan kisah yang berbeda," lanjutnya.
Dalam karyanya Bibliotheca Historica, ia menyebut Hesperis, yang dianggap sebagai bintang utara, sebagai ibu Hesperides. Nama ini tentu saja menunjukkan keterkaitan langsung dengan para nimfa senja itu.
Menurut Diodorus, Hesperis menikah dengan Atlas, dewa yang dikenal sebagai pembawa langit dan pengajar astronomi bagi manusia. Dari pernikahan ini lahirlah tujuh Hesperides.
Diodorus juga menyebut bahwa bangsa Hesperides berasal dari wilayah Atlantis—bukan Atlantis legendaris yang tenggelam, tetapi tanah nyata yang dikaitkan dengan nama Atlas.
Atlas sendiri adalah sosok penting dalam mitologi Yunani. Selain menjadi ayah Hesperides, ia digambarkan sebagai seorang astrolog bijak yang pertama kali memahami bahwa bumi berbentuk bulat.
Dalam salah satu mitosnya, ia dihukum untuk memikul langit di pundaknya, sebuah simbol kekuatan dan ketahanan. Bersama saudaranya Hesperus, Atlas tinggal di tanah bernama Hesperitis, di mana mereka memelihara kawanan domba berbulu emas.
Hesperis, yang juga disebut-sebut sebagai saudara perempuan Hesperus, menikah dengan Atlas, dan dari hubungan ini lahir para nimfa penjaga taman senja.
Diodorus juga menambahkan bahwa tanah kelahiran Hesperides, Hesperitis atau Atlantis, merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh tradisi Yunani.
Bahkan setelah orang Yunani meninggalkan agama dan spiritualitas mereka, penduduk Atlantis tetap mempertahankan pandangan dunia yang terinspirasi mitologi Yunani. Di tempat inilah para Hesperides lahir, tumbuh, dan menghabiskan masa muda mereka, menjaga keindahan taman dan apel emas yang menjadi bagian penting dari mitos mereka.
Baca Juga: Teror Bersayap 'Harpy' Perempuan Setengah Burung dari Mitologi Yunani
Nama-nama Hesperides telah lama menjadi bahan perdebatan dalam mitologi Yunani, dengan berbagai sumber memberikan daftar yang berbeda.
Dalam beberapa kisah, mereka dikenal sebagai Maia, Electra, Taygeta, Asterope, Halcyone, dan Celaeno, sementara dalam versi lain, mereka disebut Aigle, Erytheis, dan Hesperethoosa jika jumlah mereka hanya tiga.
Ada juga nama-nama lain seperti Arethousa, Aerika, Asterope, Chrysothemis, Hesperia, dan Lipara. Dengan begitu banyak variasi, ada cukup banyak nama untuk menggambarkan tujuh saudara perempuan atau bahkan lebih. Meski begitu, istilah yang digunakan untuk merujuk kepada Hesperides sebagai kelompok masih menjadi topik yang diperdebatkan.
Nama Hesperides sendiri berasal dari ibu mereka, Hesperis, tetapi ayah mereka, Atlas, juga memiliki pengaruh besar dalam pemberian nama ini.
Karena itu, mereka kadang disebut Atlantides, sebuah istilah yang tidak hanya merujuk pada para nimfa tetapi juga pada wanita lain yang tinggal di Atlantis.
Dalam beberapa cerita, Hesperides juga dikenal sebagai Pleiades, sebuah kelompok bintang yang menjadi simbol mereka di langit.
Kisah transformasi mereka menjadi bintang sering dikaitkan dengan belas kasih Zeus, yang mengangkat mereka ke langit sebagai konstelasi. Saat ini, Pleiades adalah salah satu kelompok bintang yang paling dikenal, terletak sekitar 410 tahun cahaya dari Bumi di konstelasi Taurus.
Taman Hesperides
Taman Hesperides, tempat legendaris yang menjadi rumah para nimfa ini, juga memiliki daya tariknya sendiri. Kebun itu, sering disebut sebagai kebun Hera, berada di Atlantis dan dihiasi dengan pohon apel emas yang memancarkan keabadian bagi siapa saja yang memakannya.
Pohon-pohon itu, hadiah pernikahan dari Gaia kepada Hera, dipercayakan kepada para Hesperides untuk dirawat. Namun, meskipun mereka bertugas menjaga pohon-pohon tersebut, para nimfa terkadang tergoda untuk mencicipi buahnya sendiri, yang membuat Hera waspada.
Sebagai langkah tambahan untuk melindungi kebunnya, Hera menempatkan Ladon, seekor naga raksasa berkepala seratus yang tidak pernah tidur, sebagai penjaga.
Baca Juga: Benarkah Karakter Kakamora dalam Film Moana Terkait dengan 'Hobbit' di Flores?
Dengan seratus pasang mata dan telinga di setiap kepala, Ladon adalah pengawas yang tak tertandingi, memastikan bahwa kebun tetap aman dari ancaman. Taman Hesperides, dengan keindahan pohonnya yang mistis dan penjaga legendarisnya, tetap menjadi salah satu simbol paling magis dalam mitologi Yunani.
"Taman Hesperides juga memiliki peran penting dalam mitologi Yunani dan menjadi pusat dari banyak cerita, termasuk yang memicu Perang Troya," ungkap Van de Kerkhof.
Apel emas dari kebun ini tidak hanya menjadi simbol keabadian, tetapi juga sumber konflik besar. Dalam salah satu mitos yang paling terkenal, dewi Eris, dewi perselisihan, mengambil salah satu apel ini dan menggunakannya untuk menciptakan kekacauan.
Apel itu, yang disebut Apel Perselisihan atau Apple of Discord, dilemparkan ke tengah perjamuan para dewa dengan pesan “Untuk yang tercantik.” Tindakan ini memicu persaingan antara Hera, Athena, dan Aphrodite, yang masing-masing mengklaim apel tersebut.
Pertikaian itu akhirnya diserahkan kepada Paris, seorang pangeran Troya, untuk diputuskan. Dengan janji akan cinta Helen, wanita paling cantik di dunia, Paris memilih Aphrodite.
Keputusannya menyebabkan permusuhan besar yang memicu perang Troya, salah satu konflik paling legendaris dalam mitologi Yunani. Hingga kini, istilah "apel pertikaian" masih digunakan untuk menggambarkan hal kecil yang dapat memicu konflik besar, sebuah penghormatan terhadap kisah mitologi ini.
"Menariknya, ada hubungan unik antara apel emas dan jeruk dalam sejarah dan budaya. Dalam beberapa versi cerita, apel emas yang dijaga oleh Hesperides sebenarnya digambarkan lebih mirip dengan buah jeruk," jelasnya.
Jeruk sendiri adalah buah yang tidak dikenal di Eropa dan Mediterania sebelum Abad Pertengahan, tetapi ketika diperkenalkan, hubungan dengan Hesperides tetap bertahan.
Nama botani untuk kategori buah jeruk, Hesperides, secara langsung mengacu pada mitos ini, menghubungkan buah tersebut dengan keindahan taman legendaris. Bahkan, kata Yunani modern untuk jeruk, portokali, berasal dari nama tempat yang dekat dengan Taman Hesperides, menegaskan jejak mitologinya dalam tradisi dan bahasa.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR