“Oh, begitu rupanya, Yah.”
“Iya, Reka. Lihat! Pupuknya sudah jadi. Mudah, bukan?”
“Mudah sekali, Ayah. Lalu, pupuk ini akan ditaruh di mana, Yah?”
“Reka lihat tanaman di pojok itu?” Ayah menunjuk tanaman yang batangnya sudah tak mampu menahan bobot seluruh tanaman itu.
“Wah, kasihan. Tanaman itu sudah layu. Apakah kita bisa menolongnya, Yah?”
Ayah tersenyum “Tentu saja, Nak. Ayo ikut Ayah”
Aku mengikuti langkah besar ayah walaupun seringkali aku tertinggal jauh karena tak mampu mengejar langkahnya. Ketika jarak kami dengan tanaman sudah dekat, ayah mengeluarkan pupuk yang sudah dibuatnya tadi dan mencampurnya dengan tanah dalam pot.
Ayah lalu menjelaskan, “Nah, ini dia salah satu kegunaan pupuk organik yang sudah kita buat. Pupuk organik mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan menekan produksi metana dari kotoran ternak yang tidak terkendali.”
“Wah, meskipun Reka tidak suka aromanya, tapi ternyata kotoran hewan sangat bermanfaat, ya, Ayah,” ungkapku.
“Iya, Reka. Makanya, Reka harus belajar mengolah bahan yang tampaknya sudah tidak berguna menjadi barang yang bermanfaat,” papar ayah.
Pagi itu, suara bising dari ruangan bertuliskan Food Conctruction kembali menyibukkan telingaku. Semua mesin tua milik ayah berlomba memperdengarkan suara karat siapa yang paling baik. Sekalipun demikian, ada satu hal yang berbeda. Pasokan biji-bijian yang dulunya memenuhi karung berwarna putih, kini digantikan oleh berbagai macam tanaman hijau kesukaan Momo dan Bobo. Aroma bau dari kotoran Bobo juga sudah tidak kukeluhkan. Setiap pekan, kuolah kotoran tadi menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman dan hasilnya kubagikan kepada seluruh warga kampung. Sejak saat itu, aku banyak belajar dari peternakan ayah. Aku sadar, lingkungan harus dijaga dan hal itu dapat terwujud jika dimulai dari kesadaran diri sendiri. Aku dan ayah mulai belajar mengelola peternakan ramah lingkungan. Aku sadar, jika pola pengelolaan peternakan ayah tidak diubah, maka permasalahan lingkungan akan semakin sulit teratasi. Pemanasan global, emisi gas rumah kaca berlebih, dan dampak lingkungan yang dihasilkan hanyalah sebagian kecil dari akibat negatif yang dirasakan apabila manajemen karbon di Bumi tidak dilaksanakan dengan baik.
Perubahan datang seperti badai, mengguncang dan menyapu, membawa serta harapan baru. Misi yang kujalankan di peternakan ayah ditemani Momo dan Bobo membawa manfaat positif bagi lingkungan. Aku sudah mengurangi emisi karbon untuk mencegah rumah kaca. Sekarang, giliran teman-teman yang melanjutkannya dari langkah kecil di lingkungan sekitar. Mulai dari diri sendiri, reduksi karbon untuk masa depan yang berkelanjutan.
Artikel ini merupakan bagian kerjasama National Geographic Indonesia dan Toyota Indonesia dalam gelaran Toyota Eco Youth 13.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR