Nationalgeographic.co.id—Gerakan kabur aja dulu tidak hanya pernah terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain. Gerakan seperti itu telah terjadi sejak berabad-abad lalu dan disebut sebagai migrasi.
Migrasi global adalah topik berskala besar. Dikutip dari laman Global Refugee, diperkirakan ada 272 juta migran internasional, yang merupakan 3,5% dari populasi dunia.
Dalam laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2020, terungkap bahwa satu dari setiap 30 orang adalah migran internasional. Eropa dan Asia sendiri menampung sekitar 82 hingga 84 juta imigran. Wilayah-wilayah ini diikuti oleh Amerika Utara, yang menampung hampir 52 juta migran internasional.
Setiap tahun, persentase warga negara internasional yang melintasi perbatasan meningkat dan berdampak drastis pada ukuran populasi, keragaman budaya, dan produktivitas ekonomi suatu negara.
Dengan gelombang pemukim dan pengungsi yang terus-menerus di seluruh dunia saat ini, muncul pertanyaan penting — apa sebenarnya penyebab migrasi?
Akar Kabur Aja Dulu
Migrasi, dalam definisi yang paling sederhana, adalah perpindahan orang dari satu tempat atau negara ke tempat atau negara lain. Ini adalah aspek sejarah manusia yang sederhana namun mendasar.
Migrasi adalah konsep yang mendahului hukum yang ada. Dahulu kala, suku nomaden melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan tanah yang segar dan subur, padang rumput untuk ternak mereka, dan daerah yang kaya untuk berburu dan memancing.
Di zaman modern, migrasi masih terus berlanjut di seluruh dunia. Baik dengan alasan untuk mencapai negara tujuan atau menghindari negara asal alias kabur aja dulu.
Dalam dekade terakhir, komposisi demografi orang yang melintasi perbatasan telah berubah secara signifikan. Hal ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor yang dapat kita kategorikan menjadi dua kelompok — faktor pendorong dan faktor penarik.
Baca Juga: Dari 'Bento' hingga 'Bayar Polisi': Mengapa Musik Penting untuk Kritik Sosial?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR