Sebuah 'makam' dari batu rapuh terbentuk di sekeliling bangkainya, mengisolasi dari dunia luar dan mengawetkan bagian-bagian tubuh yang seharusnya membusuk.
Isi perut nodosaurus
Saat tim Brown menggali sisa-sisa fosilnya, mereka menemukan kulit, keratin, serta tulang yang telah menjadi fosil. Tim ini melaporkan deskripsi awal nodosaurus tersebut, yang kemudian mereka beri nama Borealopelta markmitchelli, pada tahun 2017.
Untuk penelitian ini, tim tersebut mengalihkan perhatian mereka ke isi perut nodosaurus. Ketika mereka memeriksa irisan kecil di bawah mikroskop, para peneliti melihat fragmen tanaman yang "terawetkan dengan indah" yang meliputi daun, potongan batang, dan arang dari kayu yang terbakar.
Berdasarkan kematangan jaringan tanaman, tim menyimpulkan bahwa dinosaurus itu mati pada akhir musim semi hingga pertengahan musim panas, yang merupakan pertengahan musim tanam.
Brown dan rekan-rekannya mengamati bahwa sekitar 85 persen dari serpihan daun di perut dinosaurus tersebut merupakan beberapa jenis pakis.
Menurut Brown, yang mengejutkan justru beberapa tanaman tidak ada di sana. Beberapa tanaman umum seperti ekor kuda sama sekali tidak ada, sementara dedaunan dari sikas dan pohon konifer yang mendominasi lanskap hanya ada dalam jumlah yang sangat sedikit.
Nodosaurus mungkin lebih menyukai jenis pakis tertentu daripada yang lain, mengunyah jenis pakis favorit ini dan mengabaikan yang lainnya.
Sisa-sisa itu ditemukan di dasar laut purba, yang terpisah dari habitat alami dinosaurus. Namun, para peneliti mengetahui tanaman mana yang mungkin paling umum berdasarkan fosil tumbuhan dari situs-situs terdekat lainnya. Hal ini memberi mereka gambaran tentang tanaman mana yang mungkin ditemui nodosaurus tetapi memilih untuk tidak memakannya.
Dinosaurus memanfaatkan kebakaran hutan
Keberadaan arang menunjukkan bahwa kebakaran hutan baru saja melanda lanskap tersebut. Saat vegetasi mulai tumbuh kembali, tanaman muda yang pendek akan mudah dijangkau oleh nodosaurus bertubuh pendek.
Baca Juga: Bagaimana Fosil Dinosaurus Bisa Terbentuk? Sains Ungkap Faktanya
Source | : | Popular Science |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR