Lebih dari 340 varian genetik umum, termasuk varian yang disebut "gen jam" PER2, diketahui memengaruhi kronotipe seseorang. Dan genetika secara kolektif menjelaskan 12-42 persen preferensi waktu tidur kita.
Para peneliti menilai data genetik yang tidak teridentifikasi pada varian ini dari data yang diambil pada hingga 850.000 individu. Data-data ini termasuk data dari 85.000 yang telah memakai pelacak tidur yang dapat dipakai selama 7 hari dan 250.000 yang telah mengisi kuesioner preferensi tidur. Ini memberi mereka gambaran yang lebih terperinci, hingga jam, tentang bagaimana varian gen memengaruhi saat kita tidur dan bangun.
Dalam sampel terbesar ini, sekitar sepertiga dari subjek yang disurvei mengidentifikasi diri sebagai morning larks, 9 persen adalah night owl, dan sisanya berada di tengah. Secara keseluruhan, rata-rata titik tengah tidur adalah pukul 3 pagi, yang berarti mereka tidur pada pukul 11 malam dan bangun jam 6 pagi.
Baca Juga: Sains Tidur: Apa yang Sejatinya Terjadi pada Otak Ketika Kita Tidur?
Dengan mendapatkan informasi ini, para peneliti kemudian beralih ke sampel berbeda yang mencakup informasi genetik bersama dengan catatan medis dan resep yang dianonimkan. Mereka juga mengambil sampel survei tentang diagnosis gangguan depresi mayor.
Dengan menggunakan teknik statistik baru, mereka bertanya: Apakah mereka yang memiliki varian genetik yang membuat mereka bangun pagi juga memiliki risiko depresi yang lebih rendah?
Jawabannya adalah tegas: Ya!
Setiap titik tengah tidur satu jam lebih awal (pertengahan antara waktu tidur dan waktu bangun) berhubungan dengan risiko gangguan depresi mayor sebesar 23 persen lebih rendah.
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR