Pada tahun 2008, Indonesia mengesahkan UU Pornografi, yang mengartikan transgender sebagai cabul. Dinyatakan bahwa pornografi mencakup "gambar-gambar ... percakapan, gerak-gerik tubuh ... di depan umum yang mengandung kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat."
Sejak 2016, garis keras melawan keragaman gender dan seksual menjadi lebih keras. Banyak orang di Indonesia ingin melihat hukuman yang lebih keras tidak hanya seputar seksualitas sesama jenis tetapi segala bentuk aktivitas seksual di luar pernikahan heteroseksual.
Pandemi COVID-19 semakin meningkatkan diskriminasi terhadap komunitas trans di Indonesia. Misalnya, sebelum COVID-19, orang trans yang perlu mengakses pengobatan, seperti untuk HIV, sering kali dapat melakukannya melalui LSM dan beberapa tempat ibadah. Namun, selama COVID-19, dengan sumber daya medis yang diperketat, penyediaan obat HIV bagi komunitas trans diturunkan dari daftar prioritas.
Iman sebagai sumber dukungan
Banyak agama tidak menyetujui identitas LGBTIQ. Namun beberapa agama memberi ruang bagi keragaman gender dan seksual. Memang, ada banyak contoh di Indonesia kontemporer di mana keyakinan menjadi sumber kenyamanan dan dukungan bagi kaum trans.
Baca Juga: Bissu, Pendeta Agama Bugis Kuno yang Kian Terpinggirkan
Baca Juga: Puang Matoa Saidi, Bissu yang Melegenda karena Mempertahankan Tradisi
Baca Juga: Remaja Transgender dan Non Biner Lebih Berisiko Tinggi Bunuh Diri
"Dalam penelitian etnografi jangka panjangnya, Diego Rodríguez menganalisis praktik sehari-hari Muslim queer untuk menyatakan bahwa Islam dan queer bisa cocok. Dia menemukan bahwa Islam terkadang lebih penting dalam membentuk gagasan tentang diri orang trans daripada etnisitas, seksualitas, atau gender," tulis Daves.
"Misalnya, kaum trans menafsirkan Islam dengan mengatakan bahwa agama memungkinkan setiap orang untuk menerima satu sama lain apa adanya."
Masjid Al-Fatah juga terlibat dengan agama selain Islam. Misalnya, pada Desember 2021, Al-Fatah menyelenggarakan perayaan Natal bersama transpuan Kristen.
Selain itu, sejak 2019 para pendukung transgender seperti Global Interfaith Network (GIN) telah berjuang untuk membuat masjid dan tempat ibadah lainnya lebih menerima kaum transgender. Amar Alfikar, seorang pria trans Indonesia dan peneliti GIN, telah bekerja tanpa lelah bersama para pria trans dan Muslim feminis queer untuk mendirikan kelompok Muslim Queer + Allies Indonesia, sebuah ruang virtual di mana para anggota bertemu setiap minggu untuk membaca Al-Qur'an dan mendiskusikan teologi Islam.
Megathrust Bisa Meledak Kapan Saja, Tas Ini Bisa Jadi Penentu Hidup dan Mati Anda
Source | : | The Conversation |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR