Yuan menyatakan dirinya sebagai Presiden Republik Tiongkok dan memerintah hingga Desember 1915. Pada tahun 1916, Yuan mengangkat dirinya menjadi Kaisar Hongxian, mencoba untuk memulai dinasti baru. Namun, ia meninggal tiga bulan kemudian karena gagal ginjal sebelum berhasil menduduki takhta kekaisaran.
Sementara itu, Puyi tetap tinggal di Kota Terlarang. Ia bahkan tidak menyadari Revolusi Xinhai yang mengguncang bekas kekaisarannya itu. Pada bulan Juli 1917, panglima perang lain bernama Zhang Xun mengembalikan Puyi ke takhta selama sebelas hari. Pemulihan takhta itu kemudian dibatalkan oleh panglima perang saingan bernama Duan Qirui. Akhirnya, pada tahun 1924, panglima perang lainnya, Feng Yuxian, mengusir mantan kaisar itu dari Kota Terlarang. “Mantan kaisar yang saat itu berusia 18 tahun pun angkat kaki dari istananya,” kata Szczepanski.
Kaisar boneka pemerintah Jepang
Puyi bertempat tinggal di kedutaan Jepang di Beijing selama satu setengah tahun dan pada tahun 1925 pindah ke wilayah konsesi Jepang di Tianjin. Puyi dan Jepang memiliki lawan yang sama yaitu etnis Han. Han-lah yang menggulingkan Puyi dari kekuasaan.
Mantan kaisar menulis surat kepada Menteri Perang Jepang pada tahun 1931 meminta bantuan untuk memulihkan takhtanya. Berkat permohonan Puyi, Jepang jadi punya alasan untuk menyerang dan menduduki Manchuria, tanah air leluhur Puyi. Kemudian pada November 1931, Jepang mengangkat Puyi sebagai kaisar boneka mereka di negara bagian baru Manchukuo.
Sang mantan kaisar rupanya tidak senang karena hanya memerintah Manchuria alih-alih seluruh Cina. Tidak hanya itu, ia pun kerap dilecehkan di bawah kendali Jepang. Puyi bahkan dipaksa untuk menandatangani surat pernyataan bahwa jika dia memiliki seorang putra, anak tersebut akan dibesarkan di Jepang.
Antara tahun 1935 dan 1945, Puyi berada di bawah pengawasan dan perintah seorang perwira Tentara Kwantung. Perwira itu ditugaskan untuk memata-matai Kaisar Manchukuo dan menyampaikan perintah kepadanya dari pemerintah Jepang. Secara bertahap, seluruh staf Puyi pun diganti dengan antek-antek Jepang.
Baca Juga: Sejumlah 21 Makam Dinasti Han Ditemukan di Tiongkok
Baca Juga: Nestapa Pria Miskin di Tiongkok Kuno, Dikebiri demi Jadi Kasim
Baca Juga: Cheng Ho, Kasim yang Membawa Tiongkok Kuno ke Panggung Dunia
Ketika Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, Puyi naik pesawat ke Jepang. Namun dia ditangkap oleh Tentara Merah Soviet dan dipaksa bersaksi di pengadilan kejahatan perang di Tokyo pada tahun 1946. Akibatnya, sampai tahun 1949 Puyi menjadi tahanan Soviet di Siberia.
Ketika Tentara Merah Mao Zedong menang dalam Perang Saudara Tiongkok, Soviet menyerahkan mantan kaisar itu. Di usia 43 tahun, Puyi berada di bawah kekuasaan pemerintahan komunis Tiongkok yang baru.
13 Ribu Pendaki Sampai di Puncak Bulu Baria, Gunung Terbersih di Sulawesi Dikelola Bersama EIGER
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR